Dokter Mata: Status Mata Saat Ini Berpengaruh pada Status Sosial Ekonomi Anak di Masa Depan
Myopia merupakan cacat penglihatan yang sangat umum dialami banyak orang karena ini adalah kelainan refraksi paling umum di dunia
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Eko Sutriyanto
"Kelainan refraksi seperti minus, plus, dan astigmatisme atau silinder ini adalah penyebab gangguan penglihatan yang dapat diatasi dengan pemberian kacamata yang tepat," jelas dr. Zoraya.
Sedangkan untuk anak yang mengalami mata minus, diperoleh data sebesar 59,75 persen.
Dari data yang diperoleh itu, minus yang dialami anak-anak tersebut dimulai dari -0.50 hingga -11 dan silindris murni sebesar 13,41 persen.
Selain itu, ada pula 1 anak yang mengalami kasus katarak 1 anak dengan glaukoma, dan mata malas atau amblyopia mencapai 17,48 persen.
Melalui pemeriksaan mata pada 246 anak usia 6 hingga 12 tahun di kawasan Jakarta Selatan itu diperoleh hasil diagnosis anak yang memiliki Ptosis sebesar 0,4 persen, Glaukoma 0,4 persen, Katarak 0,4 persen, Alergi 10,2 persen, Astigmatisme 13,4 persen, mata normal 15,5 persen, dan yang paling besar adalah Myopia mencapai 59,8 persen.
Menurut dr. Zoraya, semua orang harus menyadari pentingnya status penglihatan saat ini.Karena status penglihatan saat ini sangat mempengaruhi status sosial dan ekonomi anak-anak di masa mendatang.
Oleh karena itu, ia pun mengajak seluruh masyarakat untuk meningkatkan kesadaran terkait pentingnya melakukan pemeriksaan mata secara rutin, terutama bagi anak-anak.
"Saya berharap dengan adanya kegiatan bakti sosial ini, bisa semakin meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan mata," tegas dr. Zoraya.
Selain Dr. Zoraya Ariefia Feranthy, Sp.M., acara bakti sosial yang diadakan pada 5 Agustus lalu dan diikuti oleh 246 anak usia SD ini turut didukung pula oleh 5 Dokter Spesialis Mata lainnya yakni dr. Kianti Raisa Darusman, Sp.M(K)., MMedSci., dr. Rizki Rahma Nauli, Sp.M., dr. Antonius Dwi Juniarto, Sp.M., dr. Sri Hudaya, Sp.M., dan dokter Kepala Instalasi Gawat Darurat dr. Gia Pratama.