Hipertensi Ditemukan pada 70 Persen Pasien Stroke, Dokter: Kendalikan Tekanan Darah
Setiap kenaikan tekanan darah sistolik 2 mmHg akan meningkatkan risiko stroke 10 persen pada orang dewasa.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Erik S
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Dokter Spesialis Saraf Rumah Sakit Pusat Jantung Nasional Harapan Kita dr Eka Harmeiwaty mengungkapkan, hipertensi merupakan faktor risiko utama kejadian stroke.
Setiap kenaikan tekanan darah sistolik 2 mmHg akan meningkatkan risiko stroke 10 persen pada orang dewasa.
Baca juga: Udara Dingin dan Polusi Udara Bisa Jadi Penyebab Hipertensi, Simak Penjelasan Dokter
"Hipertensi sendiri ditemukan pada 64-70 persen kasus Stroke," kata dokter Eka dalam kegiatan virtual bersama Bayer, Rabu (31/8/2022).
Ia menjelaskan, secara mekanisme tekanan darah tinggi pada dasarnya menyebabkan kerusakan sel dinding pembuluh darah (sel endotel) dan mengganggu fungsi dari otot di dinding pembuluh darah nadi / arteri.
Kondisi ini dapat membuat arteri menjadi kaku dan tersumbat. Bila arteri yang tersumbat ada di bagian otak, hal ini akan membuat otak tidak mendapatkan aliran darah dan oksigen yang cukup, sehingga semakin lama semakin banyak sel / jaringan otak yang mulai mati.
"Hal ini membuat seseorang berada pada risiko stroke yang jauh lebih tinggi. Kerusakan endotel dan lapisan otot pembuluh darah arteri karena Hipertensi juga dapat menyebabkan penipisan dinding0 pembuluh darah arteri di otak yang dapat mengakibatkan arteri bisa / mudah pecah dan menyebabkan perdarahan di otak," terang dia.
Menurut World Health Organization (WHO) pada 2021 terdapat 1,4 milyar penduduk dunia hidup dengan Hipertensi. Dan hanya 14 persen yang memiliki tekanan darah terkontrol.
Baca juga: Jangan Asal Ngunyah, Perhatikan Hal Berikut Agar Terhindar dari Diabetes, Hipertensi, dan Obesitas
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2018 menunjukkan prevalensi Hipertensi 34,31 persen dan hanya 8,8 persen yang terdiagnosis, 13 persen yang tidak minum obat, serta 32,3 persen yang minum obat namun tidak teratur.
Kondisi ini hampir sama dengan hasil survei yang dilakukan oleh Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (PERHI), di mana tekanan darah tidak terkontrol pada 2017 menunjukkan 62,8 persen (di daerah urban) dan pada 2018 mencapai hingga 78 persen (mencakup daerah urban dan rural).
Baca juga: Seorang Ibu Muda Meninggal saat Balap Karung, Ini Faktor Risiko Hipertensi Pasca Melahirkan
Penderita hipertensi harus terus patuh dalam menjalani pengobatan dan pengukuran tekanan darah secara benar dan berkala. Pasien Stroke pun harus mengelola hipertensinya dengan baik agar tidak semakin parah dan berakibat kecacatan menetap atau kematian.