Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Indonesia Targetkan HIV/AIDS, TBC dan Malaria Bisa Terkendali Terkendali di 2024

Di 2022 ini kasus baru penyakit TBC mencapai 286 ribu dari 824 ribu kasus yang terdeteksi, sisanya 537 ribu kasus belum terdeteksi.

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Indonesia Targetkan HIV/AIDS, TBC dan Malaria Bisa Terkendali Terkendali di 2024
Istimewa
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Target pengendalian HIV/AIDS, TBC, dan Malaria akan terus dikejar hingga tahun 2024. ​​

Diharapkan pada akhir 2024 target 90 persen penemuan dan 90 persen pengobatan HIV/AIDS tercapai. Demikian juga target 90 persen penemuan kasus dan 90 persen pengobatan TBC.

Di 2022 ini kasus baru penyakit TBC mencapai 286 ribu dari 824 ribu kasus yang terdeteksi, sisanya 537 ribu kasus belum terdeteksi. Demikian pula pada HIV/AIDS. Tahun ini, dari target 97 ribu kasus terdeteksi, baru 13 ribu (13 persen) yang ditemukan.  

Untuk kasus positif malaria dan annual parasite index (API) cenderung meningkat, terutama di wilayah Indonesia Timur. Dari tahun 2020 ke 2021 kasus positif malaria naik 50 ribu kasus.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjelaskan target ini dapat tercapai dengan dukungan leadership dan akuntabilitas pemerintah daerah provinsi dan kabupaten kota.

“Leadership dan akuntabilitas pemerintah daerah di tingkat Provinsi dan Kab Kota adalah kunci keberhasilan Indonesia atasi HIV, TB dan Malaria dalam sistem kesehatan yg terdesentralisasi di tanah air” ungkap Menkes Budi seperti dikutip dari keterangan tertulisnya, Rabu (21/9/2022).

Baca juga: Kemenkes Masih Telusuri Penyebab Kematian Enam Warga di Baduy, karena TBC?

BERITA REKOMENDASI

Dalam mengejar target eliminasi HIV/AIDS, TB, Malaria, pemerintah dibantu oleh Global Fund atau GF sebagai mitra pembangunan kesehatan di Indonesia. Sejak 2003 hingga saat ini sebesar USD 1,45 Miliar (Rp 20,89 Triliun) diberikan kepada Kementerian Kesehatan dan komunitas khususnya untuk program penanggulangan HIV/AIDS, TBC, dan malaria.

Baca juga: Mungkinkah Gigitan Nyamuk Tularkan HIV/AIDS? Ini Kata Prof Zubairi Djoerban

Dalam HIV/AIDS, GF membantu meningkatkan layanan HIV, temuan kasus, pengobatan ARV dan rawatan, serta penyuluhan lapangan. Hingga akhir Juni 2022, sebanyak 473.005 ODHIV ditemukan dan 163.562 ODHIV sedang berobat.

Dalam TBC, GF membantu pengadaan obat anti TBC lini pertama dan kedua, obat terapi pencegahan, alat diagnosis mikroskopis dan TCM, sampai akselerasi penemuan kasus TBC dengan skrining di fasyankes pemerintah dan swasta di 80 Kabupaten/kota pada 19 Provinsi dengan beban kasus TBC tinggi dan jumlah fasyankes swasta yang banyak.

Baca juga: Kejar Target Bebas Malaria 2030, Kemenkes: 68 Persen Daerah Sudah Capai Eliminasi

Untuk malaria, GF membantu pemeriksaan Rapid Test (RDT), skrining Ibu hamil di daerah endemis tinggi, pendirian pos malaria, peningkatan kapasitas SDM, serta distribusi 27 juta kelambu berinsektisida (LLINs) ke daerah endemis malaria

Dukungan terkini GF adalah membantu Kemenkes dalam membangun kapasitas genome sequencing untuk identifikasi virus dan bakteri yg lebih akurat.


Dengan Genome Sequencing maka akan didapatkan cetak biru genetik (genetic blueprint) dari genom, identifikasi mutasi baru, pelacakan asal, serta pencegahan penularan virus dan bakteri.

Baca juga: Covid-19 Berdampak Menghancurkan Bagi Pasien HIV, TB dan Malaria

Kapasitas genome sequencing di tanah air jumlahnya direncanakan akan tersedia 57 mesin di akhir 2022, termasuk yg didukung Global Fund dan tersebar di berbagai provinsi.

“Ke depan, peralatan sekuensing akan digunakan untuk pengembangan layanan di rumah sakit, pengebangan deteksi HIV, deteksi kasus hepatitis acute with unknown etiology dan pada kasus acute kidney failure, dan komorbid lainnya.” tambah Menkes

The Global Fund mengumpulkan dan menginvestasikan uang dalam siklus tiga tahun yang dikenal sebagai Replenishment. Pendekatan tiga tahun ini diadopsi pada tahun 2005 untuk memungkinkan pembiayaan yang lebih stabil dan dapat diprediksi bagi negara-negara dan untuk memastikan kelangsungan program yang berkelanjutan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas