Hasil Penelitian dari Inggris tentang Manfaat Rokok Elektrik Sudah Terungkap
Sebuah penelitian melegakan soal vape baru-baru ini datang dari Inggris, ternyata ber vape jauh lebih aman dan mengandung sedikit risiko.
Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebuah penelitian melegakan soal vape baru-baru ini datang dari Inggris, ternyata ber vape jauh lebih aman dan mengandung sedikit risiko.
Hal ini berdasarkan penelitian yang dipimpin King’s College London yang berkolaborasi dengan sejumlah grup internasional terpercaya.
Pemberitaan ini baru saja resmi diumumkan pemerintah Inggris, tepatnya oleh the Office for Health Improvement and Disparities dari Department of Health and Social Care yang sebelumnya digagas Public Health England melalui halaman resminya.
“Pernyataan tersebut jelas menjadi reaksi positif sekaligus jawaban tegas dari berbagai pertanyaan, serta kebingungan di masyarakat seputar rokok elektrik,” kata Hokkop Situngkir dari KONVO, asosiasi konsumen vape Indonesia.
Fokus penelitian mereka didasarkan kepada bukti-bukti risiko kesehatan yang diakibatkan vaping termasuk yang kandungannya nikotin.
Selain itu, tentunya tim peneliti membandingkan dampak vaping dengan rokok konvensional, hingga konsistensi penerapan metode standar yang bisa meningkatkan interpretasi bukti-bukti ke depannya.
Adapun garis besar hasil penelitian yang membuat lega para pengguna rokok elektrik ini ada beberapa poin. Dalam termin atau jangka pendek dan menengahnya, vape punya porsi yang kecil untuk tingkat risiko merokok.
“Vape bukan berarti bebas dari risiko, ya, terutama buat orang-orang yang sama sekali belum pernah merokok,” jelas Hokkop.
Baca juga: APVI: Pemerintah Perlu Bikin Regulasi Lindungi Produsen Vape Lokal dari Serbuan Produk Asing
Dengan dasar hasil penelitian tersebut, secara umum, rokok elektrik jauh lebih aman jika dibandingkan dengan resiko merokok tembakau konvensional.
Rokok vape secara signifikan tidak menonjolkan bahan dan material yang merusak maupun berbahaya.
Menurut para peneliti dari tim King’s College London itu, disebutkan bahwa vaping bahkan telah berhasil menurunkan minat merokok tembakau konvensional sekitar 65 persen.
Angka pencapaian ini lebih baik dibandingkan niat berhenti merokok secara murni tanpa vape, yang mana keberhasilannya hanya di angka kisaran di bawah 59% saja.
Menurut Hokkop, hal ini kemungkinan terjadi karena orang belum bisa langsung berhenti total untuk quit smoking atau memang ternyata mereka menemukan sesuatu yang berbeda dari sensasi menggunakan vape.
“Dengan berbagai bentuk device unik dan menarik, apalagi dengan beragam flavour yang menggoda, rasanya ini menjadi daya tarik lebih dari rokok elektrik,” jelas Hokkop.