Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Banyak Anak Mengalami Keracunan Karena Ciki Ngebul, IDAI: Pemerintah Harus Turun Tangan

Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Piprim Basarah Yanuarso menyebutkan jika adanya kejadian ini membuat pemerintah mesti turun tangan

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in Banyak Anak Mengalami Keracunan Karena Ciki Ngebul, IDAI: Pemerintah Harus Turun Tangan
dok. Konsula
Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K). dr. Piprim minta pemerintah turun tangan terkait kasus ciki ngebul dan menjamin konsumsi masyarakat yang aman dan sehat 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Puluhan anak alami keracunan usai menyantap jajanan berasap atau yang akrab disebut 'ciki ngebul'. 

Jajanan ini diketahui diracik dengan menggunakan nitrogen cair atau Liquid Nitrogen (LN).

Terkait kejadian ini, Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Piprim Basarah Yanuarso menyebutkan jika adanya kejadian ini membuat pemerintah mesti turun tangan.

Baca juga: IDAI Terima 11 Laporan Terkait Anak yang Diduga Keracunan Ciki Ngebul 

 
"Pemerintah harus turun tangan, menjamin konsumsi masyarakat yang aman dan sehat. Sehingga harus ada pengawasan," ungkapnya pada konferensi pers virtual, Selasa (17/1/2023). 

Jangan sampai, bahan seperti nitrogen cair ini bisa beredar di masyarakat.

Bahkan bisa dikonsumsi oleh anak-anak kita. 

BERITA REKOMENDASI

"Siapa lagi yang bisa mengatur kalau bukan pemerintah?" Kata dr Piprim lagi. 

Pemerintah menurut dr Piprim perlu mengawasi betul potensi berbahaya pada makanan anak.

Agar kejadian ini tidak sampai terulang kembali. 

Selain itu ia pun menghimbau pada para orangtua untuk mengawasi makanan yang dikonsumsi anak-anak mereka. 

Baca juga: Kasus Keracunan Ciki Ngebul Terjadi Sejak Juni 2022, Kenapa Baru Ramai Sekarang? Ini Kata Kemenkes

"Seluruh pihak harus turun tangan, pemerintah dan masyarakat. Ayo sama sama jadikan wake up call. Sama-sama konsen pada makanan yang menyehatkan anak-anak kita," pungkasnya. 


Kasus Keracunan Ciki Ngebul Terjadi Sejak Juni 2022

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat, kasus ciki ngebul atau cikbul pertama ditemukan pada Juni 2022.

Hingga 12 Januari 2023, ada 25 anak dilaporkan mengalami keracunan akibat konsumsi ciki ngebul.

Sebanyak 10 anak bergejala, sementara sisanya tidak bergejala. Mayoritas pasien sudah sembuh dan telah beraktivitas seperti sedia kala.

Namun, mengapa kejadian keracunan baru marak belakangan ini?

Direktur Penyehatan Lingkungan Kemenkes Anas Ma'ruf menduga, hal itu terjadi karena makin maraknya penjual pangan bernitrogen cair.

Pedagang yang berjualan ciki ngebul tersebar diberbagai tempat termasuk sekolah-sekolah.

Ditambah lagi, keamanan dan kebersihan dari panganan yang kurang diperhatikan.

Baca juga: Epidemiolog: Kasus Ciki Ngebul Jelas KLB

"Memang ini yang baru terjadi tahun 2022. Ada beberapa hal yang menjadi diskusi kita, karena saat ini penggunaan nitrogen cair pada pangan jajanan itu mulai meluas. Kalau dulu kan kita lihat bahwa ini pada awal-awal dilakukan di tempat mal-mal besar dan sekarang semakin meluas ke UMKM atau pedagang kecil yang kemudian bisa menyajikan cikbul ini," katanya dalam konferensi pers, beberapa waktu lalu.

Pihaknya mencatat, dari tahun 2019 sampai 2021 tidak ada kasus ciki ngebul, baik dari laporan rumah sakit maupun puskesmas.

Adapun kebanyakan gejalanya ringan, seperti mual, muntah, pusing dan sakit perut.

Agar kasus keracunan pangan akibat konsumsi ciki ngebul tidak semakin luas, Kementerian Kesehatan telah menyiapkan langkah antisipasi atas kejadian tersebut.

Pertama, meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi dengan menerbitkan Surat Edaran Nomor KL.02.02/C/90/2023 tentang Pengawasan Terhadap Penggunaan Nitrogen Cair Pada Produk Pangan Siap Saji yang diteken pada 6 Januari 2023.

Dalam SE disebutkan, Kemenkes meminta pemerintah daerah dan dinas kesehatan setempat untuk meningkatkan pengawasan dan pembinaan kepada pelaku usaha yang menggunakan nitrogen cair maupun masyarakat akan bahaya penambahan dan konsumsi nitrogen cair pada makanan siap saji.

“Kami ingin pemerintah daerah melakukan tindak lanjut dengan melakukan koordinasi dengan dinas pendidikan, UMKM, pariwisata, perindustrian dll untuk melakukan penyuluhan kepada pelaku usaha, guru dan masyarakat akan bahaya nitrogen cair pada makanan,” ujar dr. Anas.

Pengawasan dan pembinaan, kata dr. Anas dilakukan dengan mewajibkan restoran yang menggunakan nitrogen cair pada produk pangan saji untuk memberikan informasi cara konsumsi yang aman pada konsumen.

Baca juga: Biaya Pengobatan Keracunan Jajanan Ngebul Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Khusus bagi pedagang keliling, untuk saat ini tidak direkomendasikan menggunakan nitrogen cair pada produk pangan siap saji yang dijual.

“Kepada pelaku usaha yang keliling, atau pasar malam, tidak kita rekomendasikan menggunakan nitrogen cair mengingat ada beberapa kasus yang dilaporkan akibat konsumsi ciki ngebul,” terang dr. Anas.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas