Audiensi ke BKKBN, Wakil Bupati Sumbawa Barat Sebut Makanan Cepat Saji Jadi Penyebab Stunting
Wakil Bupati Sumbawa Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat Fud Syaifuddin, S.T. menyebut, pemberian makanan cepat saji menjadi penyebab stunting.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Wakil Bupati Sumbawa Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat Fud Syaifuddin, S.T. menyebut, pemberian makanan cepat saji menjadi penyebab stunting.
Hal itu disampaikannya saat beraudiensi dengan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dr.(H.C.) dr. Hasto Wardoyo, Sp. OG (K) di kantor BKKBN Pusat di Jakarta, Senin (16/10/2023).
Baca juga: BKKBN Evaluasi Program Penurunan Stunting di Wilayah Perbatasan, Pesisir, dan Rawan Pangan
Ia menyampaikan, pemberian makanan instan atau cepat saji utamanya sering terjadi di kawasan pertambangan.
"Dan ada juga anak stunting bukan karena miskin, tetapi orang tuanya yang gaya hidupnya susah ya, tidak disesuaikan dengan anaknya. Sering dikasih makanan yang instan contohnya dan itu seringkali terjadi di daerah pertambangan," kata Fud.
Fud melaporkan, berdasarkan E-PPGBM (Elektronik-Pencacatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat) data stunting di Kabupaten Sumbawa Barat yang turun sedikit dari 8,7 sekarang menjadi 7,6.
"Kalau dari SSGI (Survei Status Gizi Indonesia) kami kemarin (2022) 13,9 persen. Dari SKI (Survei Kesehatan Indonesia 2023) kami berusaha untuk di 10 persen. Kami berusaha terus dengan program-program yang telah kami lakukan," kata Fud.
Baca juga: Pentingnya Pengasuhan Bayi Saat Masa Emas, BKKBN Dorong Optimalisasi 6 Bulan Pertama Tumbuh Kembang
Menurutnya, untuk menekan angka stunting, pihaknya membuat lomba inovasi di desa dan kelurahan.
"Seluruh desa dan kelurahan kami kasih anggaran dari APBD, jadi mereka ini kita kasih kesempatan untuk berinovasi, dan hal ini sedang berlanjut dan kami ambil per kecamatan dua, dan sekitar bulan November nanti kita akan umumkan juaranya," ujar Fud.
Selain itu, pihaknya juga bekerja sama dengan PT Amman Mineral Nusa Tenggara, jadi bentuknya yaitu pemberian beasiswa bagi anak stunting yang diambil setelah SMA.
"Jadi juaranya minimal harus 30 juta, dan dapat diambil tetapi setelah dia masuk SMA," lanjut Fud.
Upaya untuk menekan angka kemiskinan juga dilakukan.
Pemkab memberikan modal bagi keluarga yang menderita stunting terutama dari pemukiman dan memberikan bantuan rumah bagi yang ada anaknya stunting di keluarga tersebut jika rumah yang dihuni tidak layak maka akan diadakan renovasi rumahnya.
"Di bidang UMKM jika ada keluarga yang stunting dan mempunyai usaha juga kita berikan modal, karena bagaimanapun stunting ini kan tidak melihat kemiskinan. Kalau tidak kita bantu maka tidak mungkin dia akan bisa memberikan kesehatan yang baik bagi anaknya", katanya.