Perlu Kolaborasi Pengusaha dan Akademisi Dukung Pemerintah Turunkan Stunting
Budi Gunadi Sadikin mengatakan, penanganan stunting harus dilakukan bahkan dimulai sejak ibu sebelum hamil, pada saat hamil, dan setelah melahirkan
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Upaya mempercepat penurunan angka stunting di Indonesia menjadi sebesar 14 persen pada tahun 2024 sesuai dengan yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 membutuhkan tidak hanya program intervensi gizi namun juga upaya-upaya prevensi atau pencegahan.
Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin mengatakan, penanganan stunting harus dilakukan bahkan dimulai sejak ibu sebelum hamil, pada saat hamil, dan setelah melahirkan guna memastikan anak-anak sehat dan tidak kekurangan gizi.
Baca juga: Ambil Bagian di Inisiatif BERES, Kredivo Dorong Pencegahan Stunting lewat Program GentingBerbagi
"Bagaimana cara mengatasinya? Ketika berat badan balita tidak naik, harus intervensi dengan memberi makanan kaya protein hewani, seperti telur, ikan dan ayam," kata Budi Gunadi Sadikin di Jakarta, Kamis (26/10/2023).
Dikatakannya, untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul menghadapi bonus demografi dan menuju Indonesia Emas 2045, pemerintah memandang sangat penting untuk melakukan kolaborasi dengan para pemangku kepentingan, termasuk dunia usaha dalam mempercepat pencapaian RPJMN.
Koordinator Scaling Up Nutrition Business Network (SBN) Indonesia yang sekaligus Ketua Kelompok Kerja Stunting APINDO dan Ketua Bidang Pembangunan Berkelanjutan/SDGs, Axton Salim mengatakan, bicara mengenai SDM unggul tidak terlepas dari pemenuhan gizi.
Baca juga: Kontribusi CIMB Niaga Syariah Tangani Stunting di Indonesia: Gotong Royong jadi Kunci
"Ada tiga prioritas SBN Indonesia terhadap percepatan perbaikan gizi di Indonesia yaitu intervensi dan edukasi 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) & remaja, gizi seimbang serta sanitasi dan higienitas," katanya.
Oleh karena itu, kata dia diperlukan upaya prevensi dan intervensi untuk mengatasi isu gizi termasuk stunting.
"Prevensi kami lakukan dengan memberikan edukasi kepada remaja, ibu hamil dan menyusui agar memiliki pengetahuan gizi dan kesehatan yang baik," katanya.
Tidak hanya itu, kata dia upaya intervensi juga kami lakukan dengan memberikan makanan bergizi sesuai pedoman dari Kementerian Kesehatan (Kemkes) RI.
Namun, kami menyadari untuk mempercepat penurunan angka stunting di Indonesia perlu dukungan dunia usaha untuk saling bersinergi.
“SBN Indonesia bersama dengan Apindo melakukan kampanye Gerakan Anak Sehat (GAS) – Kolaborasi Inklusif Pengusaha Indonesia Atasi Stunting (KIPAS) Apindo, gerakan ini merupakan integrasi antara prevensi dan intervensi pangan dengan target kepada sekitar 3.600 peserta yang terdiri dari ibu hamil, ibu menyusui dan bayi dari usia 6-24 bulan di tiga lokasi yakni Kabupaten Bogor, Kota Serang dan Kabupaten Purbalingga,” kata Axton.
“Apindo berkomitmen untuk berkontribusi dalam upaya pencegahan stunting. Dunia usaha juga menyebut jika terdapat korelasi antara stunting dengan investasi.
Baca juga: Tribun Network Serahkan Penghargaan bagi Pemda dan Swasta Atas Upaya Nyata Cegah Stunting
Stunting harus kita perangi bersama dengan pendekatan yang ilmiah dan berbasis sains untuk mewujudkan generasi yang unggul dan mampu bersaing di tingkat global,” kata Ketua Umum Apindo, Shinta W. Kamdani
Program Gas-Kipas adalah gerakan yang diinisiasi oleh SBN Indonesia bersama APINDO, Kementerian Kesehatan (Kemkes) RI, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Gizi Indonesia (AIPGI), Institut Pertanian Bogor, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan Universitas Jenderal Soedirman sebagai kontribusi nyata mengatasi masalah stunting.
Program Gas-Kipas diimplementasikan dengan mengikuti pedoman teknis dari Kemkes.
Axton Salim yang juga aktif sebagai Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk menjelaskan bahwa dalam mengatasi 3 isu gizi nasional yaitu gizi kurang, obesitas dan defisiensi mikronutrien Indofood juga sudah melakukan beragam upaya intervensi dan prevensi antara lain bekerja sama dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia untuk memberikan edukasi kepada para tenaga kesehatan dan kader serta mengedukasi remaja putri baik melalui platform online maupun offline.
"Kami juga mendukung fortifikasi wajib untuk mengatasi masalah micronutrient deficiency dengan menghadirkan produk-produk yang sudah terfortifikasi dan menyediakan lebih dari 30 Stock Keeping Unit (SKU) dengan Pilihan Lebih Sehat," katanya.
Axton berharap akan semakin banyak pengusaha yang berkontribusi dalam program GAS-Kipas Apindo agar target intervensi 1.000 Posyandu dapat segera tercapai. Sehingga pada tahun 2024 target prevalensi stunting sebesar 14 persen bisa kita wujudkan bersama,” tutur Axton Salim.