Beda Gejala dan Cara Penularan Cacar Air, Cacar Monyet, dan Cacar Biasa
Kasus monkeypox sedang meningkat. Bagaimana cara membedakan jika terkena cacar air, cacar biasa, maupun cacar monyet.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Di Indonesia kini mulai dilaporkan temuan cacar monyet atau Monkeypox (Mpox).
Sejauh ini, sudah ada 14 pasien Mpox yang berasal dari DKI Jakarta.
Baca juga: Mulai Pekan Ini, 500 Orang Berisiko Tinggi Tertular Cacar Monyet di Jakarta Diberi Vaksin Mpox
Sama seperti cacar air dan cacar biasa, pasien mpox akan sembuh sendiri, jika tidak ada infeksi tambahan atau komorbid yang berat.
Lalu bagaimana cara membedakan jika terkena cacar air, cacar biasa, maupun cacar monyet.
Dikutip dari Kementerian Kesehatan, gejala cacar monyet mirip dengan gejala cacar air, namun lebih ringan.
Baca juga: Kasus Monkeypox Terus Bertambah, Akankah Jadi KLB? Begini Kata Kemenkes
Gejala dimulai dengan demam, sakit kepala, nyeri otot, dan kelelahan.
Perbedaan utama antara gejala cacar air dan cacar monyet adalah bahwa cacar monyet menyebabkan pembengkakan pada kelenjar getah bening (limfadenopati) sedangkan cacar air tidak.
Cacar air yang dikenal sebagai varicella, merupakan penyakit sangat menular yang disebabkan oleh virus varicella zoster.
Pasien yang terkena cacar air akan mengalami ruam seperti melepuh, yang pertama kali muncul di area wajah dan badan kemudian menyebar ke seluruh tubuh.
Penyakit cacar air mempunyai ciri yang sangat khas yaitu ditandai dengan timbulnya benjolan kecil mirip bisul namun kecil disertai dengan air di dalamnya berlapis tipis atau biasanya disebut dengan plentingan.
Dalam bahasa medis biasa disebut Vesikel atau Vesikula.
Demikian pula dengan cacar biasa.
Pada Smallpox atau cacar biasa juga tidak ada gejala limfadenopati atau pembengkakan kelenjar getah bening.