Cegah Kebutaan, Penderita Diabetes Diimbau Skrining Dini untuk Penanganan yang Tepat
pasien diabetes di Indonesia diajak untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran akan risiko retinopati diabetik, atau kerusakan pada pembuluh darah
Penulis: Sanusi
Editor: Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Untuk memperingati Hari Penglihatan Sedunia 2023, pasien diabetes di Indonesia diajak untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran akan risiko retinopati diabetik, atau kerusakan pada pembuluh darah retina mata.
Penyakit ini dapat mengarah pada Diabetic Macular Edema (DME) yang berujung pada kebutaan jika tidak diterapi dengan baik.
Pemeriksaan retina mata secara rutin penting bagi pasien diabetes, dan berkonsultasi dengan dokter mata untuk mendapatkan penanganan yang tepat guna.
Menurut data International Diabetes Federation (IDF) tahun 2021, Indonesia menduduki peringkat ke-5 dari 10 negara di dunia dengan penderita diabetes terbesar (rentang usia 20-79 tahun) yaitu 19,5 juta orang dan di prediksi mencapai 28,6 juta di tahun 2045.
IDF juga menyebutkan 1 dari 3 penderita diabetes akan mengalami suatu bentuk kehilangan penglihatan (vision loss) semasa hidupnya.
Data dari Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) pada tahun 2022 menunjukan bahwa Indonesia menjadi negara dengan angka kebutaan tertinggi di Asia Tenggara, yang salah satunya disebabkan oleh retinopati diabetik.
Di Indonesia prevalensi Retinopati Diabetik (RD) terjadi pada pasien diabetes tipe 2 sebesar 43,1 persen, dengan angka pasien yang kemungkinan mengalami RD yang mengancam penglihatan (VTDR = vision-threatening diabetic retinopathy) sebesar 26.3 persen.
Untuk mencegah terjadinya perburukan RD hingga kebutaan, perlu dilakukan kontrol faktor-faktor risiko sistemik pada pasien seperti tekanan darah, tingkat glikemik yang optimal serta tingkat lipid. Prevalensi kebutaan bilateral adalah 4 persen pada pasien dengan RD dan 7.7 persen pada pasien dengan VTDR.
"Menurut guideline Asosiasi Diabetes Amerika (ADA) 2022, langkah pertama yang harus dilakukan oleh penderita diabetes adalah melakukan pemeriksaan mata pada 5 tahun pertama setelah terdiagnosa diabetes tipe 1 dan sesegera mungkin pada pasien diabetes tipe 2. Jika tidak ada gejala retinopati dan gula darah terkontrol dengan baik, maka pemeriksaan dapat dilakukan 1-2 kali dalam setahun," ujar Head of Medical Department of Bayer Pharmaceutical, dr. Dewi Muliatin Santoso, beberapa waktu lalu.
Retinopati Diabetik terjadi akibat dari diabetes jangka panjang dan menyebabkan inflamasi yang merusak pembuluh darah mata yang kecil ( mikrovaskular) dan meningkatkan pertumbuhan pembuluh darah baru di retina atau endotelial vaskular (VEGF) yang mengakibatkan kebocoran pembuluh darah dan pada akhirnya terjadi Diabetik Makular Edema (DME).
Akibat dari DME seperti penglihatan menjadi tidak fokus, adanya bercak hitam, warna buram, garis lurus menjadi gelombang atau bengkok, dan jika diabaikan dalam waktu lama dapat berujung pada kebutaan.