Kaukus Jawab Tantangan Urgensi Kesehatan Jiwa di Indonesia
Dilihat dari dimensi prioritas isu kesehatan jiwa, terdapat 27 dimensi dengan 5 value preposition kesehatan jiwa di Indonesia.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Erik S
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tingkat urgensi isu kesehatan jiwa yang sangat tinggi di Indonesia mendorong sejumlah tokoh menginisiasi berdirinya Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa yang dideklarasikan di Perpustakaan Nasional, Jakarta, pada Selasa, (14/11/2023).
Inisiator kaukus adalah Prof. Dr. dr. Nila Djuwita F Moeloek, Prof. Dr. FX Mudji Sutrisno, SJ., Prof. Dr. Drs. Semiarto Aji Purwanto, M.Si., Dr. Adriana Elisabeth, Dr. Ray W. Basrowi, Maria Ekowati dan Kristin Samah.
Sebelum mendeklarasikan Kaukus, mereka melakukan studi dan survei eksploratif pada sejumlah responden yang terdiri dari para akademisi, psikolog, dokter spesialis, praktisi kesehatan masyarakat, organisasi masyarakat sipil, sosioantropolog/budayawan, media, dan kalangan swasta.
Baca juga: Bantu Pulihkan Kesehatan Jiwa Korban Gempa Turki, Pemerintah Indonesia Kirimkan Dokter dan Ahli
"Hasilnya, sebanyak 82 persen responden menyatakan bahwa isu kesehatan jiwa sangat penting dan 12% menyatakan penting. Studi juga menemukan 5 urgensi dan 3 esensi kesehatan jiwa di Indonesia," kata Dr. Ray Basrowi.
Dikatakan Ray Basrowi, dilihat dari dimensi prioritas isu kesehatan jiwa, terdapat 27 dimensi dengan 5 value preposition kesehatan jiwa di Indonesia.
Adapun lima urgensi isu kesehatan jiwa di Indonesia dapat dipaparkan sebagai berikut.
Pertama, kesehatan jiwa berdampak multisektor karena merupakan bagian dari kondisi kesehatan yang komprehensif.
"Sehat tidaknya jiwa seseorang akan mempengaruhi tingkat produktivitas dan menentukan kualitas hidup serta pencapaian generasi selanjutnya," katanya.
Tingkat urgensi kedua menunjukkan lapisan paling serius menyasar pada anak, remaja, dan usia produktif (dewasa yang bekerja).
Peningkatan kasus kejiwaan terjadi di berbagai tahap/siklus hidup. Peningkatan besaran masalah kesehatan jiwa terjadi pada usia remaja dan produktif.
"Urgensi ketiga adalah minimnya edukasi dan distribusi informasi yang tidak tepat," kata Ray lagi.
Sementara dua urgensi lainnya, isu kesehatan jiwa menjadi prioritas masalah di dunia tetapi belum menjadi prioritas di Indonesia.
Dan yang terakhir, penyebab masalah kesehatan jiwa di Indonesia berkaitan erat dengan persoalan ekonomi, sosial, dan budaya.
Baca juga: Rerie: Transformasi Layanan Kesehatan Jiwa Harus Didukung Semua Pihak