Antisipasi Pneumonia Misterius di China, Kemenkes Minta Tingkatkan Kewaspadaan di Pintu Masuk Negara
Kemenkes meminta Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) melakukan pemantauan perkembangan kasus dan negara terjangkit di tingkat global.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) merespons munculnya kasus undefined pneumonia atau pneumonia 'misterius' yang menyerang anak-anak di China.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes dr Imran Pambudi sebut sejauh ini belum diketahui penyebab pasti kasus tersebut.
Namun berdasarkan laporan epidemiologi, terjadi peningkatan kasus mycoplasma pneumoniae sebesar 40 persen.
Mycoplasma pneumoniae sendiri adalah bakteri yang keberadaannya sudah ada sebelum munculnya Covid-19.
Bakteri ini bisa menyebabkan penyakit dengan cara merusak lapisan sistem pernapasan seperti di tenggorokan, paru-paru, batang tenggorokan.
Baca juga: Mycoplasma Diduga Penyebab Pneumonia Misterius di China, Lebih Bahaya Mana Dibanding Covid-19?
Sebagai antisipasi, Kemenkes meminta pihak terkait meningkatkan kewaspadaan di pintu masuk negara seperti pelabuhan dan bandara.
"Kita tidak melakukan travel banned. Tetapi perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap para penumpang yang mempunyai gejala seperti, batuk, dan demam," ungkapnya pada konferensi pers virtual, Rabu (29/11/2023).
Hal ini tertuang dalam Surat Edaran Nomor: PM.03.01/C/4632/2023 tentang Kewaspadaan Terhadap Kejadian Mycoplasma Pneumonia di Indonesia.
Dalam surat edaran tersebut, Kemenkes meminta Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) melakukan pemantauan perkembangan kasus dan negara terjangkit di tingkat global.
Selain itu KKP didorong untuk untuk melakukan pengawasan terhadap orang (awak, personel, dan penumpang), alat angkut, barang bawaan, lingkungan, vektor, binatang pembawa penyakit di pelabuhan, bandar udara dan pos lintas batas negara.
Terutama yang berasal dari negara terjangkit. Selain itu fasilitas kesehatan (faskes) baik rumah sakit hingga puskesmas diminta untuk bersiap-siap.
"Bagi fasyankes baik rumah sakit, klinik, piskesmas, kami minta bersiap-siap melakukan penanganan akibat keluhan mycoplasma pneumoni jika diperlukan," imbaunya.
Segera melaporkan apabila terjadi kenaikan kunjungan penyakit ISPA atau pneumonia di faskes.
Imran pun menambahkan jika sejauh ini Kemenkes belum memberlakukan karantina atau isolasi dari negara terjangkit.
Karena WHO belum memberikan rekomendasi terkait hal ini.
"Jadi ditanya apakah perlu dibuat karantina, tidak ada. Tapi meningkatkan kewaspadaan," tutupnya.