Kaum Muda Berisiko Kena Sindrom Metabolik dan Diabetes, Ketahui Gejala yang Harus Diwaspadai?
Semua orang berisiko tanpa mengenal usia. Namun, kesadaran publik terkait sindrom metabolik dan diabetes melitus masih rendah.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Indonesia kini menempati urutan kelima, sebagai negara dengan jumlah penderita diabetes terbanyak di dunia.
Diabetes tak mengenal batas sosial dan usia. Tua-muda, kaya-miskin bisa memiliki gejala dan faktor risiko.
Namun, kesadaran publik terkait sindrom metabolik dan diabetes melitus masih rendah.
Padahal, diabetes dapat menyebabkan komplikasi serius, mengurangi kualitas hidup, dan memerlukan biaya penanganan yang signifikan, serta kematian.
Dokter spesialis penyakit dalam dari Siloam Hospitals Lippo Village, Dr. Leny Puspitasari, SpPD, KEMD, menjelaskan sindrom metabolik adalah kondisi kompleks yang mencakup gangguan metabolisme gula darah, hipertensi, kegemukan, dan gangguan kolesterol.
"Itu semua meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes tipe dua, stroke, bahkan kanker," kata dia dalam sesi edukasi Hari Diabetes Internasional.
Ia memaparkan, seseorang dengan minimal tiga dari lima kondisi tertentu, seperti hipertensi, kadar HDL rendah, trigliserida tinggi, gula darah tinggi, dan obesitas di area perut, dapat dianggap mengalami sindrom metabolik.
Penanganan dini dan berkelanjutan melalui diet seimbang, olahraga teratur, dan pemeriksaan kesehatan berkala menjadi kunci dalam mencegah perkembangan penyakit ini.
Ditambahkan dokter spesialis penyakit dalam Dr. dr. Theo Audi Yanto Sp.PD, FINASIM, menekankan pada pentingnya kesadaran keluarga dalam mengatur konsumsi gula.
"Ayo berkegiatan fisik selama 150 menit per minggu dan menekankan pada diet seimbang dengan batas konsumsi gula, lemak, dan kolesterol yang tepat untuk menghindari diabetes," pesan dokter Theo.