Kisah Yeni Trimulyani, Pegawai Kejaksaan yang Sukses Melawan Kanker Serviks dengan Meditasi
Awal Desember 2020 Yeni Trimulyani melakukan pemeriksaan biopsi, salah satu tes yang biasanya dilakukan untuk mendeteksi penyakit kanker.
Penulis: Ashri Fadilla
Editor: Dodi Esvandi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Awal Desember 2020 Yeni Trimulyani melakukan pemeriksaan biopsi, salah satu tes yang biasanya dilakukan untuk mendeteksi penyakit kanker.
Dia melakukan tes tersebut atas dasar adanya siklus menstruasi yang sangat panjang (yang sama sekali tidak ada rasa sakit atau gejala khas lainnya).
“Tidak berapa lama setelah melakukan biopsi, dokter menghubungi saya untuk menyampaikan hasil tes. Ternyata saya didiagnosis kanker service dan sudah stadium advance,” kata Yeni dalam wawancara di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Tidak seperti pasien lain yang terkejut ketika dinyatakan menderita kanker, Yeni sama sekali tidak memperlihatkan ekspresi kaget atau pun sedih.
“Jadi setelah dokter menyampaikan hasil diagnosis itu saya langsung bertanya langkah berikutnya apa yang harus dilakukan. Dokter bilang saya harus segera dioperasi,” cerita Yeni.
Ketika itu, kasus Covid-19 tengah memperlihatkan grafik yang meningkat.
Dia sempat berpikir untuk melakukan operasi di luar negeri sebelum akhirnya memutuskan untuk tetap di Jakarta.
Baca juga: Manfaat Meditasi untuk Kesehatan Mental, Berikut Jenis dan Cara Meditasi
“Pada 6 Januari 2021, saya dioperasi oleh Dr.dr.Gatot Purwoto, SpOG (K), MPH yang memiliki kepakaran di bidang Onkologi Ginekologi. Saat itu operasi yang dilakukan adalah Histerektomi Radikal, yakni suatu operasi besar yang merupakan prosedur medis untuk mengangkat rahim (uterus) dan lever rahim (serviks). Operasi saat itu berlangsung beberapa jam dan alhamdulilah berjalan lancar,” ungkap Yeni.
Usai operasi, pasien biasanya diwajibkan memakai kateter dan urine bag.
Pada saat itu dokter menerangkan bahwa tidak usah kuatir jika nanti setelah keluar rumah sakit masih membawa urine bag selama beberapa bulan sambil beraktivitas kerja dan sebagainya.
Toh, bisa ditutupi dengan baju agar tidak terlihat (karena pasca operasi histerektomi radikal pasien salah satunya akan sulit berjemur).
Semingga kemudian Yeni meminta dokter untuk mengizinkan dirinya agar tidak usah dipasang urine bag.
“Saya bilang ke dokter, boleh tidak saya berlatih dulu. Kalau memang ternyata tidak bisa, silakan dipasang urine bag. Dan, dokter mengizinkan,” jelas Yeni.
ASN di Kejaksaan Tinggi Banten itu kemudian melakukan meditasi, yang sudah dilakukannya beberapa bulan sebelum divonis menderita kanker.
Baca juga: Tak Melulu dengan Meditasi, Berikut 6 Tips Lain untuk Atasi Gangguan Kecemasan