Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Indonesia Kekurangan 30.946 Dokter Spesialis, PB IDi Ungkap Sebarannya Tak Rata, Numpuk di Jakarta

Dokter spesialis lebih banyak menumpuk di wilayah-wilayah besar, terutama DKI Jakarta.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Indonesia Kekurangan 30.946 Dokter Spesialis, PB IDi Ungkap Sebarannya Tak Rata, Numpuk di Jakarta
Reader's Digest
Ilustrasi dokter. Dokter spesialis lebih banyak menumpuk di wilayah-wilayah besar, terutama DKI Jakarta. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) & Presiden Medical ASEAN (MASEAN) DR Dr Moh. Adib Khumaidi, SpOT ungkap Indonesia masih kekurangan dokter spesialis. 

"Saat ini kita kekurangan 30.946 dokter spesialis," ungkapnya dalam media briefing virtual yang diselenggarakan Jumat (23/2/2024). 

Baca juga: PB IDI Ungkap Indonesia Kekurangan 96.143 Ribu Dokter Umum

Dr Adib menjelaskan jika idealnya Indonesia memiliki 78.400 dokter spesialis untuk 280 juta penduduk. 

Ini berdasarkan pada perhitungan dari target rasio dokter spesialis yakni 0,28 per 1.000 penduduk

Saat ini, belum semua wilayah memiliki dokter spesialis yang cukup. 

Baca juga: IDI Terjunkan 228 Dokter Rawat Korban Gempa Cianjur: 167 Dokter Umum dan 61 Spesialis Bedah

Proporsi dokter spesialis yang sesuai dengan target baru pada beberapa wilayah. 

Berita Rekomendasi

Di antaranya DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Bali, Sulawesi Selatan dan Sumatera Utara. 

Ilustrasi
Ilustrasi (IST)

Selain itu, dr Adib menyebutkan ada kecenderungan dokter spesialis lebih banyak menumpuk di wilayah-wilayah besar, terutama DKI Jakarta.

Dokter spesialis di Jakarta saat ini terdapat sekitar 8.787. Lalu urutan kedua di Jawa Barat dengan 6.293 dokter spesialis dan Jawa Timur sebanyak 6.234 spesialis.

Terkait hal ini, dr Adib melihat perlu ada regulasi dari tingkat pusat. 

Selain itu, soal penempatan dokter spesialis, dr Adib ungkap harus melihat proses distribusi. 

"Tetapi tidak bisa hilir saja, mulai dari hulu. Saat produksi negara harus berperan dengan memberikan insentif pendidikan. Terutama putra daerah, kembali ke daerah mengisi kekurangan dokter mau pun dokter spesialis," tutupnya. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas