Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

80 Persen Penyakit Langka Dialami Anak-anak, Ini Gejala yang Patut Diketahui Orangtua

Dokter Spesialis Anak dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dr Cut Nurul Hafifah memaparkan gejala anak-anak yang mengalami penyakit langka.

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
zoom-in 80 Persen Penyakit Langka Dialami Anak-anak, Ini Gejala yang Patut Diketahui Orangtua
Tribunnews.com,Rina Ayu
Dokter Spesialis Anak dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dr Cut Nurul Hafifah memaparkan gejala anak-anak yang mengalami penyakit langka. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Dokter Spesialis Anak dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dr Cut Nurul Hafifah memaparkan gejala anak-anak yang mengalami penyakit langka.

Dari data yang ada, 80 persen penyakit langka merupakan penyakit genetik yang rentan dialami oleh anak-anak.

Baca juga: Didiagnosis Idap Penyakit Langka Anemia Aplastik, Babe Cabita Sempat Drop Kepikiran akan Meninggal

Karena itu, deteksi dini diharapkan bisa membantu para orangtua menemukan diagnosa yang tepat agar anak-anak tersebut bisa memiliki angka harapan hidup yang lebih baik.

"Deteksi dini, semakin cepat ketahuan, semakin baik," tutur dr Cut Nurul Hafifah saat Talkshow Bincang Rare Disease yang akan mengulas mengenai “Pentingnya Tes Genetik untuk Percepatan Penegakan Diagnosis Penyakit Langka di Indonesia”, di Klinik Utama Genomics Hub by GSI Lab, Minggu (10/3/2024).

Ia menyebut ada banyak gejala yang bisa membuat orangtua curiga bahwa buah hati mengidap penyakit langka.

Di dunia kini, ada sekitar lebih dari 10 ribu penyakit langka, dimana diprediksi angka tersebut meningkat menjadi 15 ribu dalam 5 tahun kedepan.

Berita Rekomendasi

Pertama, gejala bisa muncul dalam kandungan. Seperti berat badan janin tidak naik. Tampak jelas celah langit bibir.

"Saat lahir ada kelainan pada tangan dan organ genetalianya. Atau mengalami penyakit yang sering kali dialami, misalnya berat badan tidak naik terus menerus (bukan karena TBC)," tutur dia.

Kemudian lemas, anak mengalami keterlambatan perkembangan, muntah berulang, kuning, sesak nafas, koma, pendarahan susah berhenti.

Dokter Cut pun mengingatkan, orangtua patut menyimpan kecurigaan makin tinggi jika anak menunjukan tanda berikut ini.

Satu, saat anak lahir normal dan sehat namun makin hari mengalami kemunduran perkembangan.

Kedua, gejalanya susah dikendalikan, sudah diberikan obat tapi tidak membaik.

"Lalu orangtuanya punya hubungan saudara, satu buyut, satu kakek risiko kena penyakit genetik lebih besar. Serta memiliki riwayat keluarga yang punya gejala serupa dan mirip," kata dr Cut.

Apa Saja Penyakit Langka?

Ia menyebut di Indonesia istilah penyakit langka didasari oleh jumlah penderitanya tidak lebih dari 2.000 orang.

Penyakit langka sendiri berupa 80 persen genetik dan 20 persennya non-genetik misalnya kanker langka dan autoimun langka.

Penyakit langka karena genetika terbagi dua yakni kelainan kromosom dan single gene disorder.

Kelainan kromosom misalnya ada sindrom down, sindrom wold hirschhorn.

Sementara single gene disorder berupa galaktosemia bayi tidak bisa minum ASI.

"Kalau minum asi jadi disorder intelektual, kejang-kejang obatnya diberi susu khusus. Ada maligant fibrous histiocytoma, gausher. Limfa dan hatinya membesar, HB-nya turun, seperti tanda-tanda leukimia tapi mereka tidak perlu kemoterapi. Cukup ganti enzim bisa hidup normal," ungkap dia.

Namun sayangnya, ada banyak tantangan dalam perjalanan penegakan diagnosis penyakit langka di tanah air.

Dari penelitian di RSCM, penyakit langka bisa ditemukan mulai dari 0-140 bulan.

"Setiap orangtua yang anaknya memiliki anak dengan penyakit langka, rata-rata harus mengunjungi 12 kali dokter, dimana 90 persen pasti mengalami satu kali salah diagnosis," ungkap dia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas