Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Ramai Kasus Depresi Calon Dokter Spesialis, Profesor Tjandra Beri Lima Rekomendasi Tindak Lanjut

Prof Tjandra Yoga Aditama pun berikan merekomendasikan 5 hal terkait temuan banyak calon dokter spesialis depresi.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Ramai Kasus Depresi Calon Dokter Spesialis, Profesor Tjandra Beri Lima Rekomendasi Tindak Lanjut
freepik
Ilustrasi depresi. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) mengungkap data hasil survei skrining kesehatan jiwa mahasiswa peserta program pendidikan dokter spesialis (PPDS) RS vertikal per Maret 2024. Prof Tjandra Yoga Aditama pun berikan merekomendasikan 5 hal terkait temuan banyak calon dokter spesialis depresi. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) mengungkap data hasil survei skrining kesehatan jiwa mahasiswa peserta program pendidikan dokter spesialis (PPDS) RS vertikal per Maret 2024.

Kuesioner dijawab oleh total 12.121 mahasiswa PPDS di 28 rumah sakit vertikal pada 21, 22, dan 24 Maret 2024.

Baca juga: Kemenkes RI Ungkap Data Mengejutkan! Ada 3,3 Persen Calon Dokter Spesialis Ingin Bunuh Diri

Hasilnya ada 2.716 (22,4 persen) PPDS mengalami gejala depresi dengan rincian 1.977 (16,3%) depresi ringan, 486 (4%) depresi sedang, 178 (1,5%) depresi sedang-berat, dan 75 (0,6%) depresi berat.

Lantas apa tindak lanjut yang perlu dilakukan terkait temuan ini?

Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI dan juga Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Prof Tjandra Yoga Aditama pun berikan lima upaya yang perlu ditindaklanjuti Kemenkes.

Baca juga: Amankah Pakai Benang Untuk Cabut Gigi Anak? Begini Penjelasan Dokter Spesialis

Pertama, dibuat diagnosis pasti dahulu tentang hasil skrining berdasar 9 pertanyaan pilihan ganda lewat kuesioner, tanpa wawancara.

Berita Rekomendasi

"Diagnosis pasti tentu berdasarkan pemeriksaan psikiater dan psikolog, bukan hanya berdasar kuesioner 9 pertanyaan saja," ungkap Prof Tjandra.

Kedua, dilakukan skrining serupa pada peserta pendidikan perguruan tinggi profesi lain.

Sehingga tahu bagaimana depresi pada berbagai peserta dan pendidikan di Indonesia.

Bahkan baik juga dilakukan skrining pada masyarakat umum supaya bisa diketahui berapa besar tingkat depresi di masyarakat berdasar kuesioner 9 pertanyaan ini.

Ketiga, yang sudah dilakukan adalah skrining deskriptif.

"Dan untuk itu perlu analisa kualitatif untuk tahu secara jelas latar belakang, penyebab, faktor-faktor yang mempengaruhi dan lain-lain," kata Prof Tjandra lagi.

Dengan dasar hasil analisa kualitatif, maka dapat diketahui penyebab dan program yang dilakukan dengan benar.

Keempat, berdasarkan diagnosis pasti, maka memang ada PPDS yang depresi. Apalagi yang sedang dan berat.

Maka perlu diobati dengan pendekatan psikologis dan bila mungkin medikamentosa.

Kelima, pemerintah perlu membantu ketersediaan sarana dan prasarana.

"Sehingga pendidikan dokter spesialis dapat berjalan dengan baik karena memang bangsa memerlukan dokter spesialis untuk pelayanan kesehatan kita," tutupnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas