Angka Penyakit Jantung Bawaan pada Anak di Indonesia Tembus 5 Juta
Banyaknya nyawa yang tidak tertolong tersebut karena pasien harus mengantre satu sampai dua tahun
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: willy Widianto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Angka kelahiran bayi dengan penyakit jantung bawaan masih cukup tinggi di Indonesia. Direktur Medis Pertamedika Indonesia Healtcare Corporation (PIHC) Dr.dr. Lia Gardenia Partakusuma Sp.PK (K) MM, MARS, FAMM menyebut berdasarkan data WHO 1 dari 100 bayi lahir ada pasien bayi kritis yang harus ditangani karena penyakit jantung bawaan.
"Di Indonesia angka penyakit jantung bawaan pada anak cukup tinggi kira-kira 5 juta," ujarnya dalam konferensi pers penandatanganan kerja sama Pertamedika IHC dengan IJN Malaysia di Jakarta, Senin (3/6/2024).
Baca juga: Waspadai Stroke Akibat Gangguan Irama Jantung, Dokter Spesialis: Bisa Menyebabkan Kematian
Dokter Lia melanjutkan, dari 45 hingga 50 ribu bayi yang mengalami kelainan jantung, 80 persen diantaranya tidak tertolong nyawanya. Lebih lanjut dr Lia mengungkapkan banyaknya nyawa yang tidak tertolong tersebut karena pasien harus mengantre satu sampai dua tahun untuk melakukan operasi.
Selain itu, tingginya jumlah penduduk Indonesia yang tidak sebanding dengan jumlah dokter jantung dan subspesialis terkait disebut sebagai salah satu penyebabnya.
Akibatnya, kekurangan ini tidak bisa menutupi angka penyakit jantung yang semakin bertambah termasuk pada anak. Di sisi lain, gaya hidup yang tidak sehat seperti mengonsumsi junk food, jarang berolahraga dan terpapar asap rokok dapat menjadi salah satu faktor.
Baca juga: Bioadaptor Tersedia di 22 RS Indonesia Efektif untuk Pasien Jantung Usia Muda
Ditambah, sedari muda hingga kondisi yang tidak siap secara kesehatan saat hamil membuat masih banyak anak yang menderita penyakit jantung bawaan. “Setiap kelainan bawaan akibat adanya kekurangan oksigen waktu hamil atau ibu kurang sehat waktu hamil," jelas dr Lia.
"Itu yang harus kita pupuk, bahwa gimana caranya ibu optimal jadi dia siap hamil, kan banyak sekarang yang gak siap hamil. Gaya hidup nggak beda sebelum hamil itu menyebabkan banyak kondisi di mana anak tidak tumbuh dengan sempurna,” tambahnya.
Oleh karena itu, menurut dr Lia, diperlukan percepatan pelayanan kesehatan jantung dan kolaborasi dari pihak lain. Dengan tujuan, dapat meningkatkan kapasitas dokter jantung. Terutama untuk menangani kelainan jantung bawaan pada anak yang masih sangat diperlukan.
Menurut dr Lia, kolaborasi yang dilakukan IHC dengan Institut Jantung Nasional (IJN) Malaysia dapat mendorong dokter bisa belajar mengenai teknologi yang digunakan di luar negeri dan bisa diadaptasi ke Indonesia.
Sebagai informasi, PT Pertamina Bina Medika Indonesia Healtcare Corporation (IHC), Holding Rumah Sakit (RS) BUMN, menandatangani Nota Kesepahaman / Memorandum of Understanding (MoU) dengan Institut Jantung Nasional (IJN).
Baca juga: 30 Jemaah Haji dan Petugas Dirawat di Klinik Kesehatan Makkah, Paling Banyak Sakit Jantung
Kerjasama ini bertujuan untuk memperkuat kolaborasi di bidang pelatihan kesehatan dan memajukan ilmu kedokteran di Indonesia. Direktur Utama Pertamedika IHC drg. Mira Dyah Wahyuni, MARS ungkap kolaborasi ini diharapkan dapat menghasilkan dokter dan tenaga kesehatan yang kompeten dan berstandar internasional serta, berkontribusi pada kemajuan ilmu kedokteran di tanah air.
"Fokus kami saat ini bagaimana meningkatkan sumber daya manusia (SDM) terutama pengambilan keputusan untuk meningkatkan kapabilitas IHC," ungkap Mira.
Baca juga: Tim Medis Pasang EKG di Tubuh Ruben Onsu, Suami Sarwendah Kena Serangan Jantung?