Ini Pemicu Sindrom Polikistik Ovarium yang Bikin Pasutri tidak Kunjung Dikaruniai Buah Hati
PCOS adalah kondisi kelebihan produksi androgen yang merupakan hormon yang seharusnya tinggi pada pria, bukan pada wanita.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Kebutuhan akan program fertilitas dan bayi tabung (IVF) di Indonesia sangat tinggi.
Data terkini menunjukkan sekitar 10-15 persen dari 39,8 juta pasangan usia subur di Indonesia memerlukan pengobatan infertilitas untuk bisa mendapatkan keturunan.
Dokter spesialis kandungan dr Cepi Teguh Pramayadi SpOG(K) FER MARS mengatakan, sulitnya pasangan menikah dikaruniai buah hati terjadi karena beberapa sebab, diantaranya endometriosis atau PCOS (polycystic ovarian syndrome).
"Banyak hal yang dapat memicu infertilitas salah satunya pola gaya hidup masa kini. Untuk itu, pentingnya kesadaran mengenai infertilitas, termasuk kesehatan reproduksi agar kita bisa mengambil langkah-langkah yang tepat dalam memberikan solusi”, ujar dia dalam media gathering di Primaya Evasari Hospital Jakarta, Jumat (14/6/2024).
Kini di pasaran banyak ditemui banyak makanan dan minuman, dimana saat dikonsumsi terlalu banyak maka bisa meningkatkan lemak dan resistensi insulin atau kencing manis.
Baca juga: Anak Mulai Besar dan Mandiri, Tya Ariestya Kangen Urus Bayi, Terpikir Ikut Program Bayi Tabung
"Lalu apa hubungannya? Hasil sel telurnya tidak bagus, sel telurnya jadi kecil-kecil alias tidak atau belum matang. Karenanya pola makanan harus dijaga, lakukan aktivitas fisik untuk mengeluarkan jumlah kalori ditubuh," katanya.
Selain gagal matangnya sel telur atau anovulasi, PCOS adalah kondisi kelebihan produksi androgen yang merupakan hormon yang seharusnya tinggi pada pria, bukan pada wanita.
Ditambahkan tokoh Fertilitas dan Bayi Tabung Indonesia sekaligus Founder dari Smart Fertility Clinic, yaitu Prof. DR. Dr. Budi Wiweko, SpOG.FER, MPH, Int.Aff.RANZCOG, FICRM, saat ini total fertility rate atau total jumlah anak yang dimiliki di Indonesia sepanjang usia reproduksinya di angka 2,14 .
Sementara, angka kesuburan yang menjamin sebuah bangsa itu tetap bertahan di angka 2,1 yang membuat Indonesia harus lebih berhati hati.
"Kalau kita melihat Jakarta, fertility rate kita di angka 1,75 artinya perempuan di Jakarta itu hanya mempunyai 1 orang anak. Ini berarti bisa di bilang saat ini Indonesia mengalami population crisis sehingga menjadi masalah besar untuk Indonesia. Tentunya kita tidak ingin seperti negara negara lain yang jumlah anak anaknya semakin sedikit," kata dia.
Berkaca dari kondisi ini, layanan fertilitas menjadi penting. Family planning, bukan hanya terkait kontrasepsi tetapi bagaimana membantu pasangan untuk punya anak.
"Makanya kita memakai nama 'Smart Fertility Clinic' kita mengedukasi perempuan-perempuan Indonesia untuk tidak takut memiliki anak”, ujar Prof Weko.
Director Business Development and Commercial Smart Fertility Clinic Johannes Wibisono (Wibi) menuturkan, klinik ini berupaya memberikan pengalaman yang terbaik menjalani program kehamilan tidak hanya dengan teknologi yang canggih tapi juga dengan pelayanan yang holistik tidak hanya terbatas pada bayi tabung semata, melainkan permasalahan fertilitas pada umumnya.
"Di Indonesia sendiri tingkat keberhasilan bayi tabung di klinik ini dalam 1 tahun terakhir ini pernah mencapai 70 persen. Sehingga tidak kalah dengan klinik luar negeri," tutur dr Wibi.