Penelitian dr Yopi Simargi : CT Scan Toraks Kuantitatif Bantu Turunkan Risiko Demensia Pasien PPOK
PPOK merupakan kondisi peradangan paru kronis yang menyebabkan terhambatnya aliran udara dari paru-paru
Penulis: Willem Jonata
Editor: Eko Sutriyanto
Selain mampu mendeteksi lebih awal PPOK, prosedur ini juga dapat memperlihatkan risiko hendaya kognitif (HK) pada pasien PPOK.
Dengan demikian, tatalaksana holistik dapat dilakukan lebih awal, hal ini akan membantu menurunkan risiko Demensia pada pasien PPOK (yang pada pasien dengan HK memiliki tiga kali lebih berisiko terkena Demensia dalam 2-5 tahun).
Hipotesis awal dan yang umumnya diketahui, hipoksia kronik melalui peningkatan ekspresi gen HIF-1 alpha dianggap sebagai dasar yang paling sering disebutkan untuk menyebabkan pasien PPOK mengalami HK.
Namun salah satu temuan penting dari penelitian ini menunjukkan, inflamasi sistemik derajat rendah dapat menjadi faktor lain yang lebih dasar terbentuknya HK tersebut.
Hal ini terbukti pada penelitian ini dengan adanya hubungan secara langsung dan tidak langsung dari kerusakan paru
yang terlihat pada CTK.
Dr. dr. Yopi Simargi, Sp.Rad., Subsp. TR (K), MARS, dokter ahli radiologi subspesialis radiologi toraks yang kini sudah bergelar Doktor, menjelaskan dalam sidang terbukanya hari ini bahwa, “HK merupakan kondisi di antara normal dan demensia, yang kemudian berpotensi berkembang menjadi demensia."
Baca juga: Aldi Taher Ungkap Kondisi Terkini Ibunya yang Alami Stroke dan Infeksi Paru-paru: Responsnya Bagus
PPOK dan demensia berbagi faktor risiko utama, yaitu polusi udara termasuk merokok yang dianggap sebagai polusi udara berat. Sebuah studi pada 534 pasien PPOK dengan HK, sebanyak 28,7 persen telah berkembang menjadi demensia.
Hal ini kemudian berhubungan langsung dengan semakin menurunnya kemampuan kognitif mereka, termasuk semakin hilangnya kepatuhan pasien PPOK dengan HK ini untuk melakukan pengobatan rutin mereka.
Bukan secara sengaja tidak patuh, melainkan kemampuan kognitifnya yang menurun mengakibatkan pasien sering lupa.”
Terkait faktor pemicu terbentuknya HK pada pasien PPOK, ada beberapa mekanisme yang bisa dilihat, seperti: inflamasi sistemik, hipoksia kronik, stres oksidatif, gangguan vaskular, gaya hidup sedenter, serta memiliki komorbid gangguan kognitif. Hipoksia kronik dianggap sebagai faktor paling besar yang menyebabkan pasien PPOK mengalami HK.
Namun, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, penelitian ini menemukan teori terbaru yang memperlihatkan bahwa inflamasi sistemik derajat rendah jadi faktor lebih mendasar.
Dr. Yopi yang juga merupakan staf pengajar Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, serta Kepala Instalasi Radiologi RS Atma Jaya, menjelaskan, “selama ini hipoksia yang dilihat dari adanya peningkatan ekspresi HIF-1 alpha (efek respon homeostasis terhadap tekanan oksigen yang rendah), merupakan faktor yang sering diusulkan sebagai faktor dasar terjadinya PPOK."
"Namun pada penelitian ini, saya mengusulkan teori patomekanisme terjadinya HK pada pasien PPOK, yang menunjukkan bahwa tenaga kesehatan perlu lebih memperhatikan inflamasi (peradangan) sistemik.
Teori patomekanisme ini didapat dengan melihat luas kerusakan paru ( persenLAA), yang mana bisa dideteksi dengan CT Scan Toraks Kuantitatif (CTK).