Kasus Alzheimer di Indonesia Diprediksi Meningkat, Bagaimana Cara Mencegahnya?
Gejala awal Alzheimer seperti lupa ringan atau kesulitan berkonsentrasi sering dianggap sebagai perubahan yang normal terkait usia.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Kasus Alzheimer di Indonesia Diprediksi Meningkat, Bagaimana Cara Mencegahnya?
Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setiap 21 September diperingati sebagai Hari Alzheimer Sedunia atau World Alzheimer's Day (WorldAlzMonth).
Momentum ini menjadi peringatan untuk meningkatkan kesadaran dan menentang stigma seputar penyakit Alzheimer dan demensia.
Banyak orang menyebut alzheimer sebagai kepikunan.
Di Indonesia diprediksi mengalami peningkatan kasus demensia dan penyakit Alzheimer, bentuk demensia yang paling umum.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), proporsi penduduk di Indonesia umur 60 tahun ke atas diproyeksikan meningkat, dari 9,0 persen atau 23 juta penduduk pada tahun 2015, menjadi 19,9 persen atau setara dengan 63,3 juta penduduk pada tahun 2045.
Karena itu bisakah meminimalkan risiko atau mencegah Alzheimer.
Seiring bertambahnya usia, otak mengalami perubahan, dan fungsi mental berkembang seiring waktu.
Ada tiga tahap alami yang akan dialami orang lanjut usia (lansia) yaitu penuaan normal (ditandai dengan lupa ringan yang stabil), lalu gangguan kognitif ringan (tantangan kognitif yang lebih terlihat namun tidak mengganggu kemandirian) serta Demensia (penurunan kognitif signifikan yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk merawat diri sendiri).
Praktisi kesehatan dari Herbalife Nutrition Advisory Board, Gary Small mengatakan Alzheimer sering disebut sebagai "penyakit yang tak terlihat" karena gejalanya yang lambat.
Gejala awal Alzheimer seperti lupa ringan atau kesulitan berkonsentrasi sering dianggap sebagai perubahan yang normal terkait usia.
Namun, kesalahpahaman ini bisa menyesatkan.
Alzheimer dapat dimulai jauh sebelum gejala muncul, kadang hingga 20 tahun sebelumnya.
"Saat tanda-tanda penurunan kognitif menjadi terlihat, kerusakan otak yang signifikan telah terjadi, sehingga deteksi dan intervensi dini sangat penting," ujar dia ditulis Jumat (20/9/2024).
Salah satu cara yang pencegahan Alzheimer adalah melalui menjaga pola makan dan nutrisi.
Semakin banyak penelitian menunjukkan bahwa apa yang dimakan dapat berdampak besar pada kesehatan otak, baik dalam jangka pendek maupun panjang.
Bahkan, faktor risiko yang sama antara penyakit jantung dan demensia menunjukkan bahwa pendekatan nutrisi holistik dapat menjadi langkah pencegahan yang efektif.
“Dengan menyesuaikan pola makan untuk menekankan makanan antioksidan dan anti-inflamasi, serta mengadopsi gaya hidup yang lebih aktif, kita dapat mengelola obesitas perut, tekanan darah tinggi, dan faktor lain yang memengaruhi kesehatan otak dan kesejahteraan secara keseluruhan,” ungkap Small.
1. Menjaga Pola Makanan
Menjaga pola makan yang kaya makanan yang mendukung otak seperti makanan yang tinggi antioksidan, asam lemak omega-3, dan nutrisi penting lainnya dapat mendukung fungsi kognitif dan berpotensi mengurangi risiko Alzheimer.
Dalam konteks Asia, menjaga pola makan tradisional sudah menawarkan banyak manfaat nutrisi. Misalnya, banyak diet lokal yang menekankan ikan, sayuran, dan makanan lain yang secara alami kaya omega-3 dan antioksidan.
Selain itu, penambahan herbal seperti bacopa yang menjadi pokok dalam pengobatan Ayurveda dan dikenal karena sifatnya yang meningkatkan kognisi dapat lebih meningkatkan kesehatan otak, daya ingat, dan rentang perhatian.
Sebagai herbal adaptogenik, bacopa juga dapat meningkatkan ketahanan tubuh terhadap stres.
Suplemen juga dapat memainkan peran penting dalam membantu tubuh menyerap dan memanfaatkan vitamin dan nutrisi ini untuk mengoptimalkan fungsi kognitif.
Saat mempertimbangkan suplemen untuk kesehatan otak, pertimbangkan kafein, lutein, dan kurkumin.
Kafein dapat mendukung aspek utama fungsi otak, dengan penelitian terbaru menunjukkan bahwa senyawa dalam kopi panggang gelap dapat membantu melindungi dari penyakit Alzheimer dan Parkinson.
Lutein, yang dikenal sebagai vitamin mata, juga menawarkan manfaat untuk kesehatan otak. Sebuah studi terbaru yang melibatkan orang dewasa yang lebih tua menunjukkan bahwa suplemen lutein dan zeaxanthin secara signifikan meningkatkan perhatian yang kompleks dan fleksibilitas kognitif.
Kurkumin, senyawa yang ditemukan dalam kunyit dan kari India, membantu melawan peradangan otak. Penelitian dari UCLA menunjukkan bahwa konsumsi kurkumin harian meningkatkan daya ingat dan suasana hati pada individu dengan kehilangan ingatan ringan terkait usia.
2. Olahraga Fisik
Selain nutrisi, ada strategi tambahan yang dapat kita terapkan untuk menjaga dan meningkatkan fungsi kognitif seiring bertambahnya usia.
Olahraga fisik yang teratur sangat penting, tidak hanya untuk menjaga kesehatan fisik, tetapi juga untuk melestarikan fungsi otak.
Olahraga meningkatkan aliran darah ke otak, mempromosikan pertumbuhan neuron, dan meningkatkan plastisitas sinaptik, yang semuanya penting untuk kesehatan kognitif.
Aktivitas fisik seperti berjalan dan latihan ketahanan juga membantu mengurangi risiko obesitas, diabetes, dan penyakit kardiovaskular, yang terkait dengan Alzheimer.
Keterlibatan kognitif melalui aktivitas yang merangsang mental, seperti membaca, mempelajari keterampilan baru, atau bermain permainan strategi, memperkuat ketahanan mental dan meningkatkan cadangan kognitif.
Penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa mereka yang lebih terlibat dalam aktivitas mental yang menstimulasi lebih mungkin untuk mempertahankan dan bahkan meningkatkan daya ingat, kecepatan pemrosesan, perhatian, dan persepsi. Stimulasi mental mengaktifkan sirkuit saraf dan dapat mengurangi risiko Alzheimer.
3. Kesehatan Mental yang Terjaga
Kesehatan mental adalah aspek penting namun sering diabaikan dalam pelestarian kognitif.
Stres kronis, depresi, dan kecemasan meningkatkan risiko Alzheimer, sementara ketahanan emosional dan hubungan sosial yang kuat memberikan perlindungan.
“Tsunami Perak akan datang, tetapi peningkatan Alzheimer yang terkait tidak harus terjadi. Dengan mengambil pendekatan proaktif yang mencakup deteksi dini, diet yang mendukung otak, olahraga fisik dan kognitif secara teratur, serta praktik kesehatan mental yang kuat, kita dapat menyiapkan jalan menuju penuaan yang sehat,” ujar Small.