Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ketum BP Institute: Adat Istiadat dan Keseharian Masyarakat Ambalu Sangat Pancasilais

Seperti kesepakatan ketika awal-awal Republik ini berdiri bahwa yang menjadi dasar negara adalah Pancasila. Bahkan hingga kini tetap kukuh

Editor: FX Ismanto
zoom-in Ketum BP Institute: Adat Istiadat dan Keseharian Masyarakat Ambalu Sangat Pancasilais
TRIBUNNEWS.COM/IST/HO
Ketua Umum BP Institute A Bayu Putra, kunjungi Pulau Ambalau, di Kabupaten Buru Selatan Provinsi Maluku, beberapa waktu lalu. Keindahan Ambalau pemandangan air sangat bening sebening kaca dan ada ikan sangat banyak dan bahkan beberapa hewan yang langka seperti penyu seakan tidak takut dengan kehadiran manusia. 

Pembuatan masjid disini pun dilarang meminta2 pihak luar dengan proposal atau apapun sehingga membuat  semua potensi desa maupun penduduk mengarah kesana," terang Bayu penuh kagum.

Tukang kayu akan membuat kusen2 dan pintu terbaik, tukan batu akan membuat tembok terkokohnya bahkan ada kiriman tambahan tenaga kerja dari desa sebelah2 nya apabila dibutuhkan, semuanya adalah gotong royong dan keputusan adat yang ketat dan mengikat.

"Semu penduduk pulau ini Patuh dan mengikuti dengan ikhlas keputusan tetua tanpa mengeluh seolah ini adalah takdir mereka. Kehidupan keagamaan tercermin dari kehidupan sehari2. Jangan harap melihat anak muda minum minuman keras bahkan mabuk. Karena disini minumam paling keren untuk nongkrong adalah susu kental manis. Sedang minuman keras merupakan kejahatan yang besar", jelas Bayu selanjutnya.

Lalu dimana toleransinya kalau seluruh pulau beragama muslim yang taat?.  Kata kuncinya adalah cerita nenek moyang.

"Penduduk Ambalau menganggap penduduk pulau Nusa Laut yang seluruhnya kristen adalah kakak. Kedua pulau ini mempunyai keyakinan bahwa nenek moyang mereka ada kakak beradik, sang kakak beragama kristen dan menetap di Nusa Laut,  sedangkan sang adik menetap di ambalau dan beragama muslim. Sehingga panggilan untuk orang pulau Nusa Laut adalah kakak. Sungguh indah dan mendasar," pungkas Ketum BP Instutute Bayu.

Kesan terakhir dari Bayu adalah, bahwa di Pulau  Ambalau Pancasila sudah tidak dikatakan bahkan mungkin mereka bias dengan butir2nya yg banyak, tetapi disini Pancasila seperti sudah mengakar dengan adat istiadat kehidupan sehariihari. Dimana keterwakilan diatur dengan bijaksana oleh para tetua adat.

Hal seperti itu seolah mengingatkan dirinya tentang  petuah Bung Besar , bahwa Pancasila hasil menggali dari kepribadian bangsa.  Bukan di ciptakan, tetapi menggali . Disini walaupun terlihat tidak ada benang merah dari penciptaan Pancasila, tetapi kehidupan semua bernafaskan Pancasila.

Berita Rekomendasi

Rasa hormat yang setinggi-tingginya pun disampaikan Bayu buat para Penggali Pancasila yang nampak mengerti betul apa yang terjadi dan nafas kepribadian bangsa ini sesungguhnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas