Sri Mulyani Bagikan Kiat Milenial Siap Hadapi Revolusi Industri 4.0
Menteri Keuangan, Sri Mulyani menjadi narasumber dalam acara One Hour University, Rabu (15/5) di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta.
Editor: Content Writer
Menteri Keuangan, Sri Mulyani menjadi narasumber dalam acara One Hour University, Rabu (15/5) di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta.
Wanita yang dinobatkan sebagai salah satu Wanita Berpengaruh di Dunia versi Majalah Forbes ini membagikan ilmunya terkait cara-cara menghadapi Revolusi Industri 4.0 terutama untuk kaum milenial.
“Kalau anda tidak mau punah, kuncinya ya harus berubah,” ujarnya mengawali sesi.
Ia menjelaskan, saat ini bisa dilihat revolusi industry menekankan pada teknologi. Berbeda dengan revolusi industri 1.0 dan 2.0 yang dahulu hanya dapat dinikmati negara maju dan membuat mereka makin makmur.
Sementara di revolusi industri 3.0 terciptanya komputer memberikan kesempatan terhadap negara yang baru merdeka untuk bisa mengejar ketertinggalan.
Banyak negara di Asia yang bisa mengejar ketertinggalan misalnya Korea Selatan, Cina, dan Singapura, malah saat ini mereka menjadi negara dengan pendapatan perkapita yang tinggi.
“Kita belajar dari situ, bangun pondasi, right policy, belajar dari sejarah apa yang bikin negara maju atau malah failed,” jelasnya.
Melalui kebijakan tepat yang dibuat oleh pemerintah, otomatis investor akan berbondong-bondong untuk berinvestasi di Indonesia. Maka dibagunlah infrastruktur, pangkas birokrasi dan Aparatur SIpil Negara bisa menjadi solusi. ASN menjadi pilar penting.
“Kalau bukan anda sebagai ASN siapa lagi yang akan memikirkan negara ini,” tanyanya.
Menteri Keuangan terbaik se- Asia tahun 2017 versi majalah Finance ini melanjutkan, di Kementerian Keuangan formasi lebih banyak anak-anak milenial daripada yang sudah berumur. Menurutnya beruntung menjadi milenial, ketika lahir keadaan seperti ini, ketika remaja berubah lagi, ketika berumur 30 tahuan juga berubah.
Sepanjang hidup akan menjadi dinamis , mereka akan menjadi saksi dan mungkin pelaku perubahan itu sendiri.
“Banyak ide-ide kreatif yang bisa muncul asalkan tidak ribet dengan birokrasi,” katanya. Misalkan anak itu tiba-tiba punya ide A, ternyata harus mengurus birokrasi perijinan perusahaan yang membutuhkan waktu lama, ketika semua selesai ya sudah lupa dengan ide yang dia akan bangun.
Milenial itu harus dipermudah untuk urusan birokrasi, karena mereka tidak suka dengan hal yang ribet dan memakan waktu. Kehidupannya lebih dinamis. Banyak ide-ide baru bisa berkembang asalkan didukung dengan kebijakan yang tepat dari pemerintah.
“Apa sih yang dibutuhkan agar policy bisa jalan ? Ya rasio elektrifikasi 100%, efisiensi birokrasi , tata kelola berintegritas untuk institusi,” paparnya.
Pada revolusi industri 4.0 cirinya bisa menciptakan demokratisasi proses. Orang-orang yang punya ide bisa langsung connect dengan market.
Mindset harus berbeda karena dunia bergerak dengan digitalisasi. Targetnya Indonesia menjadi The Digital Energy of Asia 2020, seluruh Indonesia bisa melek internet dan bisa menjadi agen perubahan.
Diakhir acara, ia berpesan untuk agar terus elalu berp[ikir kedepan, apa yang harus dilakukan dan diubah untuk menjadi lebih baik.
“Peliharalah sedikit kegelisahan, untuk bertanya pada diri sendiri apa yang harus dirubah dari negara ini. Sudah lakukan yang terbaik belum?” ujarnya.
Gunakan semangat disruption 4.0 untuk terus menerus menari dan memperbaiki policy kita, bagaimana hidup dan kerja kita bisa dibuat lebih produktif. (*)