JFC 2019 Angkat Keagungan Suku-suku Bangsa Dunia
Sudah kangen dengan kemegahan dan keanggunan Jember Fashion Carnival (JFC)? Tahun ini JFC hadir di Kabupaten Jember, 31 Juli-4 Agustus 2019.
Editor: Content Writer
Sudah kangen dengan kemegahan dan keanggunan Jember Fashion Carnival (JFC)? Tahun ini JFC hadir di Kabupaten Jember, 31 Juli-4 Agustus 2019. Pada gelaran ke-18 tahun ini, JFC mengangkat tema ‘Tribal Grandeur’ atau ‘Keagungan Suku-suku Bangsa’.
JFC 2019 akan mengangkat suku bangsa yang ada di dunia. Antara lain bangsa Aztec (Mexico), Mongol (Mongolia), Zulu (Afrika Selatan), Viking (Norwegia), Karen (Thailand), Polynesia. Sedangkan Indonesia diwakili oleh Suku Minahasa (Sulut), dan Hudoq (Kalimantan Timur).
Rangkaian JFC 2019 akan dimulai dengan acara Opening JFC 2019 (31 Juli), Pets Carnival (1 Agustus), Kids & Artwear Carnival (2 Agustus); Wonderful Archipelago Carnival Indonesia (3 Agustus) dan Grand Carnival (4 Agustus).
Menurut Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani, JFC tidak akan kehilangan semangatnya. Meski, sang founder Dynand Fariz sudah tak ada.
“Tahun ini suasananya pasti berbeda. Karena tidak ada sosok Dynand Fariz. Tapi, semangat untuk memeriahkan JFC tidak hilang. Karena, management yang ada di JFC sangat kuat,” papar Rizki, Rabu (31/7).
Ditambahkannya, dalam tema Tribal Grandeur di JFC 2019, akan tampil rancangan fashion carnival dari 8 suku bangsa ternama dunia. Dengan ciri khas fashion carnival mereka masing-masing tentunya.
Rizki menegaskan jika JFC adalah event berstandar dunia. JFC adalah carnival terbaik pertama di Asia dan terbaik ketiga di dunia.
“JFC berhasil menempatkan diri sebagai karnaval ketiga di dunia setelah NottingHill, Amerika Serikat dan Reunion, Prancis dalam Carnaval International de Victoria, yang digelar di ibu kota Seychelles, Afrika,” sebut Rizki, diamini Asdep Pengembangan Pemasaran I Regional II Adella Raung.
Ketua Tim Pelaksana Calendar of Event Kemenpar Esthy Reko Astuty, mempertegas pernyataan Rizki Handayani.
Ditambahkannya, level JFC dilihat dari keberhasilannya menyabet 13 kemenangan sebagai best national costume di berbagai ajang. Seperti Miss Universe, Miss World, Miss Supranational, Miss International, dan lain sebagainya. Prestasi-prestasi tersebut tentunya sangat mengharumkan nama Indonesia.
“Hal ini tentu membawa misi mempromosikan Indonesia dan Jember khususnya di kancah internasional. Tapi bila ingin menonton JFC yang sesungguhnya, hanya ada di Jember,” ujar Esthy.
Wakil Bupati Jember KH Abdul Muqit Arief menjelaskan, dalam rangka menjaga agar penyelenggaraan JFC terus berlanjut dan semakin berkualitas di masa mendatang, pemerintah telah melakukan pembinaan Sumber Daya Manusia (SDM). Antara lain dengan menggandeng para pegiat pendidikan.
“Tahun ini JFC bersama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember akan membuka Program Studi Vokasional Fashion Desain (S-1) dengan nama Indonesia Fashion Carnival. Dan program ini menjadi yang pertama di Indonesia. Selain itu, JFC juga mengadakan Program Short Course Exclusive Class di Jakarta maupun Jember,” kata Abdul Muqit, beberapa waktu lalu.
Menpar Arief Yahya mengapresiasi penyelenggaraan JFC yang semakin memperkuat posisi Jember sebagai kota karnaval terbaik di Indonesia. Karnaval yang mendapat penghargaan internasional ini juga menjadi magnet untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke Kabupaten Jember yang tahun lalu dikunjungi sekitar 1,1 juta wisatawan.
“JFC 2019 masuk dalam top-10 dalam 100 Calender of Event (CoE) Wonder Indonesia yang digelar di seluruh Tanah Air. JFC tetap menjadi salah satu andalan dalam upaya mencapai target kunjungan 20 juta wisman dan 270 juta pergerakan wisnus,” kata Menpar Arief Yahya.
Event JFC menjadi salah satu atraksi unggulan Kabupaten Jember yang terus berusaha meningkatkan 3A (Atraksi, Amenitas, dan Aksesibilitas) sebagai unsur terpenting dalam mengembangkan pariwisata.
“Selain atraksi JFC bertaraf internasional, Jember mempunyai fasilitas akomodasi dan aksesibilitas Bandara Notohadinegoro yang telah diperpanjang runway-nya agar dapat menampung peningkatan penumpang,” kata Menpar Arief Yahya.
Pada kesempatan ini, ia juga mengingatkan penyelenggaraan JFC tak lepas dari keseimbangan antara nilai budaya atau atraksi (cultural value) dengan nilai komersial (commercial value) untuk menjaga kelangsungan (sustainable).
“5C itu sudah Saya tetapkan menjadi standar dalam membuat event. Dan JFC sudah memenuhinya. Saya berharap event-event lain di Indonesia juga mengikuti,” pungkas Menpar Arief Yahya.(*)