Road to HKAN 2020, KLHK Kampanyekan Budaya Konservasi dan Forest Healing
Kegiatan yang merupakan bagian dari Road to Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) ini diikuti oleh ± 226 orang dengan mengikuti protokol kesehatan
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Membudayakan sekaligus mengajak peran serta aktif masyarakat untuk peduli pada konservasi alam, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyelenggarakan "Aksi Bersih Kawasan Konservasi dan Penanaman Pohon" yang dipusatkan di Taman Wisata Alam Angke Kapuk, Jakarta, (10/8/2020).
Kegiatan yang merupakan bagian dari Road to Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) ini diikuti oleh ± 226 orang dengan mengikuti protokol kesehatan masa Pandemi Covid-19. Aksi bersih ini juga dilaksanakan secara serentak di kawasan konservasi di seluruh Indonesia.
Wakil Menteri LHK, Alue Dohong hadir dan berharap melalui kegiatan ini konservasi dapat menjadi bagian dari sikap hidup sehari-hari masyarakat agar menjelma menjadi budaya bangsa.
Wamen juga mengingatkan agar selama Pandemi Covid-19 ini masyarakat yang terdampak dapat segera pulih salah satunya dengan bepergian ke kawasan Taman Nasional (TN), Taman Wisata Alam (TWA), dan Suaka Margasatwa (SM) dalam kondisi transisi akhir COVID-19 (New Normal).
Hal ini diharapkan akan menciptakan optimisme dan peluang bagi para pihak di sektor pariwisata alam untuk ikut mendukung kebangkitan dan pemulihan kondisi masyarakat dari sisi mental, fisik, serta pemulihan ekonomi negara.
"Jadikan konservasi alam sebagai bagian dari sikap hidup kita sehari-hari agar selanjutnya berkembang menjadi budaya bangsa yang dapat kita wariskan kepada generasi-generasi penerus kita," ujarnya saat membacakan sambutan Menteri LHK pada pembukaan acara dimaksud.
Konservasi yang berarti mengkaitkan perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan secara bersamaan pada kenyataannya telah terjadi sejak jaman kerajaan-kerajaan Nusantara dulu, ujarnya.
Kita masih dapat mengetahui bagaimana para leluhur kita masa itu memanfaatkan sumber daya alam secara arif dan bijaksana. Mereka hidup beradaptasi dengan alam, mempelajarinya, dan mengambil manfaat sesuai dengan sifat dan kondisi keberadaan sumber daya alam tersebut.
"Pengaturan dan larangan yang dilakukan pada waktu itu pada dasarnya merupakan bagian dari upaya perlindungan alam dari kerusakan dan kepunahan," imbuhnya.
Penyelenggaraan aksi bersih dan penanaman pohon di TWA Angke Kapuk dengan vegetasi hutan mangrove disebut Wamen sekaligus mengkampanyekan kepada masyarakat terkait pentingnya keberadaan hutan mangrove untuk melindungi kehidupan manusia.
Indonesia disebutnya memiliki 3,3 juta ha hutan mangrove dan merupakan yang terbesar di wilayah tropis.
Mangrove juga disebut memiliki berbagai macam fungsi salah satunya barier penghambat tsunami. Daerah yang mangrovenya bagus ternyata mengalami kerusakan yang minimal jika ada tsunami.
Selanjutnya pohon mangrove juga berfungsi untuk squestrasi karbon/penyimpan karbon. "Simpanan karbon terbesar itu ada di tanah mangrove, lebih besar 4 kali lipat dari terestrial/daratan," ujarnya.
Mangrove juga diungkapkan Wamen dapat mencegah intrusi air laut ke darat, memfilter racun-racun dari limbah/B3 dan mengandung enviromental service/jasa lingkungan berupa keindahan alam dan kesegaran, juga potensial sebagai ekowisata.