Program Kampung Perikanan Budidaya di Lampung Menjadi Trigger Kebangkitan Ekonomi Masyarakat
Akselerasi implementasi program terobosan untuk membentuk kawasan perikanan budidaya yang berbasis pada kearifan lokal terus digalakkan KKP.
Editor: Content Writer
“Jadi modal untuk membesarkan ikan nila dalam satu siklus, di lahan seluas satu hektare saya membutuhkan biaya sekitar Rp 350 juta,” tukas Fajar.
Hasilnya, dalam masa pembesaran hingga panen paling tidak dia bisa memanen 75 persen dari hasil budidaya, atau bisa panen sekitar 21 ton per siklus.
“Harga di pembudidaya biasanya kami menjual Rp24 ribu per kilogram, berarti saya bisa mendapatkan Rp504 juta. Dari hasil panen Rp504 juta dipotong modal Rp350 juta pembudidaya bisa mendapatkan Rp 154 juta,” papar Fajar.
Namun demikian, menurutnya dengan dibangunnya kampung perikanan budidaya nila di Kabupaten Pringsewu pada tahun 2022, akan lebih meningkatkan pendapatan para pembudidaya, karena kebutuhan para pembudidaya bisa terkoordinasi dengan baik.
Dengan pendampingan teknologi dari DJPB juga diharapkan bisa menambah produksi ikan menjadi dua hingga empat kali lipat dari sebelumnya.
“Kami sangat senang dengan dibentuknya kampung perikanan budidaya nila di Kabupaten Pringsewu, dengan pendampingan teknologi kami bisa meningkatkan produksi hingga dua sampai empat kali lipat dari sebelumnya,” kata Fajar.
Pasalnya, sebelum diresmikannya kampung perikanan budidaya nila, Kabupaten Pringsewu belum dapat memenuhi kebutuhan pasar ikan nila dari Palembang sebanyak 30 ton per hari, Bandar Lampung 10 ton per hari, dan Kota Metro 5 ton per hari.
“Saat ini kami baru bisa memenuhi 50 persen dari kebutuhan pasar yang ada, sehingga dengan terbentuknya kampung perikanan budidaya nila kami berharap bisa meningkatkan produktivitas hingga bisa memenuhi permintaan pasar tersebut. Bahkan bisa menciptakan pasar baru, sehingga ini bisa menjadi trigger kebangkitan ekonomi masyarakat,” tukas Fajar.
Belum lagi, dengan adanya kampung perikanan budidaya nila di Kabupaten Pringsewu, menurutnya juga bisa menggerakkan ekonomi masyarakat sekitar.
“Ke depannya setelah kampung perikanan budidaya ini berjalan lancar, diharapkan perputaran ekonomi bagi masyarakat sekitar kampung perikanan budidaya juga bisa berjalan. Salah satunya seperti penyediaan es untuk pengemasan yang dapat menggerakkan ibu-ibu di kampung perikanan budidaya, dan masih banyak hal yang bisa dikembangkan di kampung perikanan budidaya, seperti industri pengolahan ikan,” ujarnya.
Sementara sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menegaskan program kampung perikanan budidaya efektif untuk menggerakkan perekonomian di daerah.
Kampung Perikanan Budidaya, harus memerhatikan berbagai aspek agar hasil panen lebih maksimal, seperti pakan dan proses pembenihan. Menteri Trenggono juga menekankan bahwa kegiatan produksi tidak boleh mengancam kelestarian lingkungan.(*)