Tangkap Peluang Harga Tinggi, KKP Bangun Kampung Perikanan Budidaya Rumput Laut di Takalar
Rumput laut memiliki potensi tinggi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya pelaku usaha budidaya.
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM - Sebagai salah satu komoditas unggulan di Provinsi Sulawesi Selatan dengan pemasaran hingga ke mancanegara, rumput laut memiliki potensi tinggi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya pelaku usaha budidaya.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) menangkap potensi tersebut dengan menetapkan kampung perikanan budidaya rumput laut di Sulawesi Selatan yang salah satunya ditetapkan di Desa Laikang, Kecamatan Mangarabombang, Kabupaten Takalar.
Menurut data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Takalar, Desa Laikang memiliki potensi luas area usaha budidaya sebesar lebih kurang 10 ribu hektare dengan luas areal yang telah diusahakan sebesar 3.773 hektare. Produksi budidaya rumput laut di Desa Laikang pada tahun 2021 menyentuh 195.399,03 ton atau sekitar 32 persen dari total produksi rumput laut Kabupaten Takalar.
Dalam sambutannya pada acara pencanangan kampung perikanan budidaya rumput laut di Desa Laikang, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Tb Haeru Rahayu, atau biasa disapa Tebe, sangat mengapresiasi langkah konkret dan sinergitas positif yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah provinsi dan kabupaten dalam membangun industri rumput laut di Sulawesi Selatan.
“Saya melihat sendiri kesibukan yang sangat luar biasa dari masyarakat pelaku usaha budidaya di sini yang menunjukkan geliat keekonomian dari subsektor perikanan budidaya sangat menjanjikan khususnya untuk komoditas rumput laut, yang saat ini harga jual di level pembudidaya mencapai Rp33 ribu/kg,” urai Tebe.
Meskipun hal tersebut patut disyukuri, Tebe berpesan kepada pembudidaya agar tidak cepat merasa puas. Dengan rezeki lebih yang didapatkan dari harga jual yang sedang bagus, ia berharap pembudidaya dapat memajukan usaha budidaya yang digeluti, seperti dengan melakukan studi banding ke lokasi budidaya lain yang lebih maju agar dapat membawa pulang ilmu dan diterapkan di Sulawesi Selatan khususnya di Kabupaten Takalar.
“Kami juga minta kepada jajaran baik di pemerintah daerah hingga masyarakat agar dapat memastikan semua segmen usaha dapat diaktifkan. Kalau hari ini masih menjual rumput laut kering, ke depan harus bisa ada nilai tambah dari sisi hilir seperti pengolahan,” ungkap Tebe.
“Mari kita menyamakan frekuensi, menambah motivasi dan semangat kita untuk meningkatkan produktivitas rumput laut yang mudah-mudahan menjadi pemantik untuk peningkatan kesejahteraan pembudidaya,” tandas Tebe.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan, Sulkaf S. Latief berkata bahwa Sulawesi Selatan menjadi salah satu penyumbang terbesar untuk produksi perikanan budidaya nasional, bahkan Sulawesi Selatan menjadi produsen nomor satu untuk komoditas udang dan rumput laut.
Khusus untuk rumput laut jenis Eucheuma cottonii, Kabupaten Takalar menjadi produsen nomor satu di Sulawesi Selatan. Oleh karena itu menjadi langkah tepat untuk KKP dalam menetapkan kampung perikanan budidaya rumput laut di Sulawesi Selatan khususnya di Kabupaten Takalar.
“Kami mengucapkan terimakasih atas kehadiran KKP melalui program kampung perikanan budidaya ini, serta siap mendukung pendekatan yang dilakukan oleh KKP untuk pembangunan subsektor perikanan budidaya khususnya di Sulawesi Selatan,” pungkas Sulkaf.
Sementara itu Kepala BPBAP Takalar, Nur Muflich Juniyanto menyatakan ketersediaan bibit rumput laut bermutu secara berkesinambungan merupakan tantangan yang dihadapi oleh pihaknya di sisi hulu.
"BPBAP Takalar terus berusaha mengembangkan teknologi untuk meningkatkan produktivitas maupun produksi bibit rumput laut sedini mungkin dan secara luas melalui teknologi seperti metode kultur jaringan maupun spora yang hasilnya sudah mulai didiseminasikan kepada masyarakat," ungkap Juniyanto.
Ketua Pokdakan Puntondo Mandiri dari Desa Laikang, Muhammad Ibrahim Bakri sangat bersyukur dan mengapresiasi pencanangan kampung perikanan budidaya di wilayahnya. Ia yakin dengan pencanangan ini pemerintah dapat lebih fokus dalam memperhatikan dan memajukan usaha budidaya rumput laut yang digeluti masyarakat.
Ia juga berharap dukungan dalam bentuk penyediaan bibit unggul terutama pada saat awal musim tanam agar keuntungan yang diperoleh masyarakat dapat lebih maksimal.
Ibrahim memberikan gambaran, untuk tahun ini, kelompok mereka yang berjumlah 19 orang menargetkan dapat menghasilkan produksi sebanyak 60 ton rumput laut kering yang dengan harga jual tahun ini sedang tinggi, mencapai Rp33 ribu/kg bisa menghasilkan pendapatan sebesar Rp1,98 miliar.
Sebelumnya Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mendorong peningkatan produktivitas rumput laut untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik maupun ekspor.
Menteri Trenggono meminta jajarannya untuk memperkuat pendampingan sehingga persoalan penyakit bisa terselesaikan, termasuk dalam hal pencegahan. Selain itu, penelitian juga harus segera dilakukan serta penyiapan teknologi untuk mendukung kegiatan budidaya.
Seperti diketahui, rumput laut menjadi salah satu komoditas budidaya berorientasi ekspor sesuai dengan program terobosan KKP tahun 2021-2024. Selain rumput laut komoditas lain yang didorong produktivitasnya guna menggenjot kinerja ekspor adalah udang, lobster, dan kepiting.(*)