Lestari Moerdijat Tekankan Pentingnya Kesehatan Mental Generasi Muda dalam Proses Pembangunan Bangsa
Pembangunan nasional mesti menyediakan ruang bagi pembangunan non-fisik. Karena, hanya generasi muda yang sehat jasmani dan rohani yang mampu menjawab
Editor: Content Writer
Ironisnya, ujar Iqbal, yang mengalami gangguan mental itu didominasi oleh generasi muda yang secara usia merupakan masa transisi dan dipengaruhi aspek bilogis, fisik, psikologis, sosial dan budaya.
Berdasarkan catatan WHO pada 2024, ungkap Iqbal, remaja seringkali mengalami gangguan nutrisi, paparan rokok, polusi udara dan gangguan mental.
Sedangkan berdasarkan catatan National Adolescent Mental Health Survey, tambah dia, terdapat 15,5 juta (35 persen) remaja mengalami masalah mental dan 2,5 juta (5,5%) mengalami gangguan mental.
Namun, tegas Iqbal, kenyataannya baru 2,6% remaja yang mengakses layanan konseling untuk mengatasi gangguan jiwa yang dialami mereka.
Diakui Iqbal, Indonesia belum memiliki data nasional komprehensif yang menunjukkan kondisi kesehatan mental remaja saat ini dan kesehatan mental belum menjadi prioritas dalam pembangunan.
Iqbal mengusulkan proyek nasional penanggulangan kesehatan mental remaja dan pembuatan regulasi khusus terkait kesehatan mental remaja untuk mengatasi sejumlah hambatan dalam mewujudkan kesehatan mental bagi generasi penerus bangsa itu.
Direktur Eksekutif Yayasan Sukma Bangsa, Ahmad Baidhowi AR mengaku cemas melihat berbagai masalah yang terjadi di lingkungan masyarakat saat ini.
Baidhowi mengungkapkan ada adagium As Is The School, So Is The Society dan As Is The School, So Is The State, yang maknanya apa yang terjadi di masyarakat merupakan cermin dari pendidikan kita di sekolah.
Menurut Baidhowi, bila pada 265 ribu sekolah yang ada di Indonesia tidak dikelola dengan baik, aspek kesehatan mental akan menjadi masalah yang tidak kunjung usai.
Diakuinya, sejak pendidikan dasar para pelajar mengalami berbagai kecemasan akibat sistem pendidikan yang kurang tepat. Kondisi ini, tegas Baidhowi, harus segera diatasi.
Upaya memperbaiki proses pendidikan di sekolah, ujar Baidhowi, bisa dimulai dengan pembuatan anggaran pendapatan dan belanja sekolah yang sehat dan transparan, sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan sehat.
Selain itu, tambah dia, upaya peningkatan kompetensi tenaga pengajar dan penerapan manajemen konflik berbasis sekolah penting diterapkan sebagai bagian dari penanganan masalah kesehatan mental anak.***
Baca juga: Lestari Moerdijat Sebut Gerakan Hidup Sehat Harus Segera Dilaksanakan Secara Masif
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of
Follow our mission at sustainabilityimpactconsortium.asia