Menteri Rosan Bicara Peluang Investasi Sektor Prioritas di Depan 150 Pimpinan Perusahaan Inggris
Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Perkasa Roeslani membuka forum bisnis berjudul “Indonesia Inves
Editor: Content Writer
Kemitraan strategis antara Inggris dan Indonesia terus berkembang, didukung oleh hubungan bilateral yang erat dan kolaborasi di berbagai sektor. Executive Chairman Tony Blair Institute for Global Change Sir Tony Blair KG, dalam IIF 2024, memberikan apresiasi terhadap komitmen pemerintah Indonesia dalam menciptakan ekosistem yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan kerja sama internasional.
“Salah satu hal yang saya pelajari adalah bahwa baik di bawah Presiden Jokowi maupun sekarang di bawah Presiden Prabowo, pemerintahannya sangat berkualitas. Para menterinya adalah orang- orang yang memahami bisnis, mereka menyukai bisnis, dan mereka bersedia bekerja sama dengan bisnis untuk kepentingan bersama semua pihak. Dan tentu saja ada banyak hal yang dapat dilakukan Inggris dengan Indonesia, hubungan ini sudah terjalin erat,” ujar Tony.
IIF 2024 adalah acara tahunan unggulan yang diselenggarakan oleh Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM melalui Indonesia Investment Promotion Centre (IIPC) London, bekerja sama dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di London.
Melalui sesi informatif, diskusi interaktif, dan business matching, acara ini dirancang untuk melibatkan para pelaku usaha dari Inggris dan Eropa. Para peserta akan memperoleh wawasan berharga mengenai peluang investasi di sektor prioritas di Indonesia termasuk Roadmap Hilirisasi Investasi Strategis untuk 28 komoditas utama di Indonesia di antaranya nikel, rumput laut, dan kelapa sawit.
Berdasarkan catatan Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, investasi Inggris di Indonesia mencapai USD2,28 miliar pada periode 2019-September 2024. Pada periode tersebut, investasi Inggris di Indonesia didominasi oleh sektor pertambangan (22 persen); tanaman pangan, perkebunan, dan peternakan (17 persen); industri makanan (11 persen); jasa lainnya (9,2 persen); serta properti, kawasan industri, dan kegiatan usaha (8,2 persen).
Berdasarkan lokasi, investasi Inggris lebih besar berada di luar Pulau Jawa (64 persen) dibanding Pulau Jawa (36 persen). Lokasi dengan investasi tertinggi adalah Jawa (36 persen), Papua (21 persen), Sumatera (19 persen), Kalimantan (12 persen), serta Bali dan Nusa Tenggara (8,7 persen). (*)
Baca juga: Sinergi Dorong Pertumbuhan Ekonomi, BKPM dan Kementrans Gandeng Investor ke Kawasan Transmigrasi