Kakak Adik Bertengkar Melulu? Begini Orangtua Harusnya Menyikapi
Orangtua jangan cepat uring-uringan ketika melihat si kecil kakak beradik berantem melulu. Begini menyikapinya.
Editor: Agung Budi Santoso
TRIBUNNEWS.COM - Orangtua jangan cepat panik dan uring-uringan ketika si kecil kakak beradik berantem melulu, entah rebutan mainan atau cemburu karena merasa kurang diperhatikan dibanding adiknya.
Tenang, kalau disikapi dengan cara yang tepat, si kecil justru belajar banyak dari pertengkaran dengan saudaranya.
Anak balita juga sering berbeda pendapat, berbeda pandangan, dan berbeda pemahaman dengan saudaranya. Baik sang kakak, maupun adik. Tidak heran kalau ia sepertinya senang mengajak bertengkar. Apalagi sifat mau menang sendirinya masih kuat sehingga sulit diberi pengertian.
Pertengkaran ini dipengaruhi pula oleh kondisi emosi anak saat itu. Jika sedang kesal, capek, kecewa, dia jadi agak sensitif. Kesenggol sedikit saja tubuhnya bisa membuat si kecil marah. Bisa juga ketika si kakak bermaksud membenahi mainan si adik, tiba-tiba si adik marah karena menganggap kakak mengambil mainannya. Akhirnya bertengkarlah mereka.
Selain itu, bertengkar bisa merupakan salah satu cara anak prasekolah mencari perhatian. Tiba-tiba saja ia mengganggu kakaknya yang tengah asyik bermain dengan merecokinya. Si kakak pun jadi marah dan orangtua datang melerai. Dua reaksi tersebut dianggap sebagai perhatian terhadap dirinya.
Cara Menyikapi Secara Bijak
Pertengkaran antarsaudara tentu saja harus disikapi dengan tepat agar anak-anak dapat menarik pelajaran dari pertengkaran ini. Jadi, kehadiran orangtua bukan semata-mata bertujuan meredakan kegaduhan atau malah balik memarahi anak.
Salah penanganan, anak akan berkembang menjadi pribadi yang lemah, tidak punya keberanian, tidak bisa membuat keputusan sendiri, mudah terpengaruh lingkungan, labil, dan kurang percaya diri.
Nah, seperti apa menyikapi pertengkaran anak dengan cara yang tepat itu? Inilah langkah-langkahnya:
1. Tidak terpancing emosi.
Siapa tahu memang tujuan si anak adalah memancing emosi orangtua, karena itu bersikaplah tenang. Jika sedang membaca buku ya teruskan saja membacanya, sambil tetap "buka mata dan pasang telinga lebar-lebar" alias tetap melakukan pengawasan. Sembunyikan rasa kesal dan emosi yang akan muncul, apalagi jika dalam kondisi capek. Begitu pun pada pengasuh di rumah, mintalah bersikap tenang dan tak terpancing emosi kala anak-anak sedang bertengkar. Berpikirlah bahwa mereka tengah belajar menyelesaikan konfliknya.
2. Leraikan/pisahkan anak jika terjadi kekerasan.
Bila pertengkarannya sampai pukul-memukul atau saling jambak rambut dan kekerasan lainnya, segera pisahkan keduanya.
Tapi kalau bertengkarnya hanya sekadar debat mulut, orangtua cukup mengawasi dengan tetap diam. Biasanya jika orangtua diam atau tak bersikap berlebihan, pertengkaran tersebut akan berhenti dengan sendirinya. Setelah selesai bertengkar barulah dibahas bersama masalah bertengkarnya tadi.