Waktunya Bobok, Anak Malah Main Melulu, Ini Sebab dan Solusinya
Waktunya bobok, si kecil malah sangat hiperaktif, main melulu di kamar tidur sepanjang malam. Ini sebab dan solusinya.
Editor: Agung Budi Santoso
TRIBUNNEWS.COM - Pengalaman menarik yang dialami pasangan di Inggris berikut ini mungkin dapat dijadikan inspirasi bagi mereka khususnya orang tua yang masih memiliki anak balita.
Saat menginjak usia dua atau tiga tahun, anak biasanya semakin aktif bergerak. Tak heran, banyak orang tua mengeluh kurang istirahat karena harus menunggu atau bermain dengan anaknya hingga larut malam.
Berkaca dari kisah yang dialami pasangan Kathryn dan Ryan Taylor asal Sheffield, Inggris, banyaknya mainan dan poster berwarna cerah di dalam kamar ternyata dapat merangsang anak terus aktif dan membuatnya sulit tidur.
Menyingkirkan benda-benda tersebut dari dalam kamar mungkin dapat membantu anak cepat tidur.
Kamar yang di dalamnya tersedia aneka mainan dan poster ternyata memancing anak untuk berimajinasi. Dalam imajinasi tersebut, anak mengumpamakan diri sedang bermain.
Mainan yang tersebar dalam kamar menjelma menjadi sejumlah teman.
Kathryn dan Ryan sempat menderita kurang tidur selama 2 tahun. Hal ini diakibatkan sang buah hati kedua mereka Freddy Taylor yang ketika itu berusia 3 tahun, kerap terbangun pada malam hari dan sibuk bermain.
Ketika bermain Freddy mengeluarkan suara keras yang tak jarang membuat tetangganya terganggu.
Awalnya, Kathryn dan Ryan mengaggap perbuatan anaknya adalah bagian dari proses pertumbuhan. Sayangnya hal itu tidak terjadi, Freedy meningkatkan jam mainnya menjadi lebih dari 2 jam.
“Kami menyebut kegiatan Freedy sebagai sleeping party, karena dia terlihat sangat menikmati. Dia bahkan tidak terganggu ketika kami masuk,”kata Kathryn.
Kebiasaan Freedy membuat Kathryn dan Ryan tidak bisa tidur dan kerap kelelahan. Freedy juga terlihat letih dan sering mengeluh mengantuk di pagi hari. Freedy menjadi lebih rewel dan menyebabkan orangtuanya kerap emosi.
Akhirnya Kathryn dan Ryan memutuskan membawa buah hatinya ke klinik tidur. “Kami disarankan untuk menyingkirkan mainan dan poster beraneka warna. Kami juga menambah porsi makan malam Freedy,” kata Kathryn.
Kathryn dan Ryan mengubah warna dinding kamar Freedy menjadi lebih "kalem" dan mendekorasi ulang kamar mejadi lebih "tenang". Untuk menu makan malam, Kathryn dan Ryan menambahkan pisang, selai kacang, atau oat. Ketiga hidangan ini membantu otak melepaskan hormon melatonin yang merangsang tidur.
Tips ini terbukti meningkatkan jam tidur buah hatinya, terutama pada 2 malam setelah menghadiri pre-school. Freedy tidak lagi terbangun di malam hari. Yang lebih penting, Kathryn dan Ryan bisa tidur cukup untuk memulai aktivitas bersama buah hatinya di pagi hari.
Vicki Dawson pendiri The Children's Sleep Charity mengatakan, pendekatan perilaku lebih diutamakan pada anak yang menderita kesulitan tidur. “Kalau untuk obat, kami serahkan pada yang lebih ahli. Namun orangtua harus mengimplementasikan semua saran yang kami beri,”ujarnya.
Viki menyarankan orangtua tidak segan menata ulang kamar buah hatinya. Mainan, poster, atau apa saj ayang berpotensi menarik perhatian sebaiknya disingkirkan. Hal ini akan memancing otak anak berhenti berimajinasi, sehingga mudahmerasa ngantuk.
“Metode ini terbukti sukses. Sebanyak 59 persen anak yang kami tangani berhasil mengatasi gangguan tidurnya. Sisanya tidak berhasil Karen atidak mengimplementasikan saran dengan sempurna, atau ada gangguan medis lain,” kata Vicki.
Roshma Widiyani/Asep Chandra/ Sumber: Daily Mail