Jiwa Ksatria Terima Kekalahan Dalam Kompetisi Harus Ditanamkan Sejak Usia Dini
Jiwa ksatria berani menerima kenyataan kalah dalam kompetisi tak bisa datang tiba-tiba. Harus ditanamkan dari kecil.
Editor: Agung Budi Santoso
TRIBUNNEWS.COM - Anak akan mengalami rasanya gagal dalam perjalanan hidupnya. Supaya siap menerima kegagalan, anak perlu terbiasa mengakui kekurangan diri dan belajar menghargai kelebihan orang lain.
Menurut Leadership Coach dan Motivator, Ainy Fauziyah, kebiasaan mengakui kekurangan diri dan menghargai kelebihan orang lain perlu dilatih sejak dini. Caranya kembali kepada bagaimana pola asuh orangtua di rumah, termasuk cara orangtua menghadapi berbagai perilaku anak sehari-hari.
"Sikap menerima kekalahan dan mengakui kelebihan orang lain takkan terjadi tiba-tiba, perlu ditanamkan, dipelajari sejak kecil," kata Ainy kepada Kompas Female.
Ainy mencontohkan, saat anaknya membuat minuman susu sendiri dan tumpah berceceran, alih-alih mengomel, ia justru membantu si kecil membersihkan tumpahan minuman tersebut. Si kecil membersihkan sendiri meski tak terlalu bersih sesuai harapannya, Ainy mengaku membiarkan saja apa adanya.
"Yang penting anak bertanggung jawab atas sikapnya sejak dini," kata Ainy.
Kemudian, Ainy mengajak bicara anak dengan bertanya. Mengapa susunya tumpah? Memangnya tadi bagaimana cara membuat susunya?
Pertanyaan ini membuat anak berpikir apa yang salah dengan caranya. Anak juga belajar bahwa ia masih punya kekurangan dalam melakukan pekerjaan tersebut.
Cara orangtua bertanya akan menentukan apakah anak merasa dipojokkan atau tidak. Kalau tidak merasa dipojokkan justru anak-anak akan berpikir mencari tahu di mana letak kesalahannya. Anak pun belajar bahwa ia punya kekurangan dan perlu memperbaikinya supaya lain kali tidak mengulangi kegagalan yang sama.
Kebiasaan seperti ini kalau dilatih sejak dini bukan hanya membantu anak belajar menerima kekurangan diri dan memperbaikinya, tapi juga mengajarkan tanggung jawab atas setiap perbuatannya.