Muthawadia Desain Busana Muslim Tanpa Tonjolkan Bodi
Di labelnya, Diya Arli, Muthawadia memang tidak menawarkan koleksi busana muslim yang panjang khas Arabia.
Penulis: Daniel Ngantung
Editor: Fajar Anjungroso
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Daniel Ngantung
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Bila Ade Irma fokus pada desain busana berhijab panjang, lain halnya dengan Muthawadia. Di labelnya, Diya Arli, Muthawadia memang tidak menawarkan koleksi busana muslim yang panjang khas Arabia. Sebagaimana ciri khas sang desainer, garis desainnya tegas dan struktural.
"Tegas bukan berarti menonjolkan bentuk tubuh. Saya buat busana agak longgar agar tidak terlalu membentuk lekukan tubuh," kata desainer anggota Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) Makassar ini saat ditemui Tribunnews.com usai peragaan mini busananya di Kota Kasablanka beberapa waktu lalu.
Rok pensil peplum bermotif geometris dipadu dengan blouse dan blazer dalam nuansa monokromatik, lalu terusan siluet A dengan aksen panel kulit dipadu dengan vest kulit, masih dalam nuansa hitam-putih, adalah beberapa set busana yang ia tampilkan siang itu.
Aksen kulit memang desainer tamatan Esmod Jakarta ini aplikasikan untuk menambah kesan edgy dan "young" sesuai karakter target pasarnya, perempuan urban usia 18-30 tahun.
Dalam mendesain, Muthawadia mengedepankan konsep padu padan sehingga setiap potongnya dapat dipadukan dengan potongan busana lainnya. Ini pula yang melatarbelakangi Muthawadia menjadikan hitam sebagai warna dominan.
"Karena hitam adalah warna yang netral, cocok untuk dipadupadankan," kata desainer kelahiran Makassar, 30 Juli 1989, ini.