Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Lifestyle

Tak Ada Rotan, Gulungan Koran Bisa Jadi Furnitur

Hanya bermodal koran dan lidi, Dosen Fakultas Arsitektur dan Desain Universitas Duta Wacana menciptakan bahan baku furnitur pengganti rotan.

Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Tak Ada Rotan, Gulungan Koran Bisa Jadi Furnitur
net

Laporan Reporter Tribun Jogja, Niti Bayu Indrakrista

TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Berbekal sebatang lidi dan dua lembar kertas koran bekas, dosen Fakultas Arsitektur dan Desain Universitas Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta, Kristian Oentoro bisa menciptakan bahan baku furnitur pengganti rotan. Berbagai desain meja dan kursi ia bentuk dari rangkaian gulungan koran padat, demi membuktikan bahan daur ulang memang bisa dibeli untuk benar-benar dipakai.

Pemanfaatan kertas koran bekas untuk menciptakan furnitur memang bukan hal uang sama sekali baru. Tapi biasanya, metode yang digunakan membutuhkan banyak waktu dan biaya, atau sangat bergantung pada variabel lain seperti cuaca.

Metode daur ulang kertas koran ala Kristian caranya jauh lebih sederhana. Alat utama yang dibutuhkan pun hanya lidi dan lem kertas. Caranya, kertas koran digulung menggunakan batang lidi sebagai sumbunya. Gulungan yang teliti akan menciptakan bentuk tabung panjang yang ia klaim memiliki ketahanan sebaik rotan. Setiap dua lembar kertas koran bisa membentuk gulungan berdiameter 1,1 sentimeter.

Sekilas, gulungan itu terlihat sepert rotan atau kayu biasa berbentuk tabung panjang yang bagian luarnya dibungkus kertas koran. Tapi jika diperhatikan secara teliti, bagian ujungnya terbentuk dari gulungan kertas koran yang begitu rapat hingga membentuk media yang cukup padat.

Kekuatan produk tersebut bahkan konon bisa bertahan hingga lima tahun. Jenis produk kursi, misalnya, telah ia rancang dalam komposisi dan rumusan yang bisa menahan berat badan manusia.

Aspek yang cukup penting ada pada sambungan antar gulungan. Kristian telah merumuskan sejumlah cara agar gulungan demi gulungan bisa saling disambung sehingga membentuk kaitan yang kokoh.

Berita Rekomendasi

Tidak seperti metode daur ulang konvensional yang menghancurkan kertas untuk menciptakan bentuk baru, karya Kristian masih mempertahankan bentuk, warna, dan tekstur dari koran tersebut. "Warna di koran malah sebisa mungkin dipertahankan karena mempercantik produkl" ujar Kristian di kampus UKDW, Jl Doktor Wahidin Sudiro Husodo, Yogyakarta, Jumat (8/8) siang.

Gulungan koran padat tersebut merupakan penelitian tesisnya di Institut Teknologi Bandung. Untuk mengerjakannya, ia bekerja sama dengan sebuah usaha kecil menengah (UKM) yang menggerakkan kalangan anak jalanan untuk mengerjakan pembuatan furnitur.

Kristian menjealaskan, ia sengaja mengembangkan metode yang seminimal mungkin menggunakan batuan mesin. Dengan demikian, tenaga manusia akan lebih banyak dimanfaatkan, sehingga semakin membuka lebar lapangan pekerjaan yang disediakan.

Di sisi lain, metode yang ia rancang itu juga dikerjakan dalam waktu relatif singkat. Cara pengerjaannya pun sederhana, sehingga lebih efisien bagi para pekerjanya.

Menurut Kristian, produk yang ia kerjakan tersebut memiliki karakter yang mirip dengan rotan, termasuk kelemahannya terhadap air dan sinar matahari langsung. Menggunakan bahan pelapis tahan air, gulungan koran padat ciptaannya masih bisa bertahan dari cipratan air atau minuman. Namun tetap saja lemah jika menghadapi air dalam jumlah besar, seperti saat banjir.

"Hampir sama dengan rotan, yang juga tidak kuat terpapar sinar matahari dan air yang banyak," ujar Kristian. Sebenarnya bisa saja ia menganjurkan penggunaan resin untuk melapisi gulungan koran. Namun solusi itu ia nilai berpotensi membahayakan para pekerja.

Jarang Dipakai

Memperhatikan fenomena nilai ekonomi dari bahan daur ulang, Kristian menilai, saat ini produk daur ulang masih belum menjadi gaya hidup masyarakat. Meski sudah banyak pembelian, tapi penggunaan dari barang yang dibeli masih sedikit. "Kebanyakan masih membeli produk daur ulang atas dasar charity, tapi lantas jarang digunakan," kata dia.
Karena itu, Kristian mencoba untuk menghadirkan produk yang nantinya akan bisa benar-benar berguna.

Sementara itu pengajar FAD UKDW, Freddy Nainggolan mengatakan, pihaknya menaruh perhatian tersendiri terhadap desain dengan pendekatan lokal, humanis, dan ramah lingkungan. Metode daur ulang gulungan kertas padat Kristian adalah contoh yang sesuai.
"Bahan kertas koran mudah didapat di lokasi, serta bisa mengurangi volume sampah," ujar Freddy.

Ia menjelaskan, perguruan tinggi perlu memikirkan cara untuk menghadapi tantangan terkini dalam situasi dan kebutuhan riil yang sifatnya lokal. Pasalnya, bagaimanapun masyarakat di suatu daerah mempunyai kondisi serta permasalahan yang unik dan secara konkret membuthukan penyelesaian.

Misalnya di lokasi 'cincin api' seperti Indonesia, wacana pelestarian alam dan bahaya bencana alam menjadi variabel yang harus dipertimbangkan dalam melakukan inovasi. (Tribunjogja.com)

Tags:
Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas