Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Lifestyle

Fakta-Fakta Unik Hanya Ada di Singapura

Pemerintah Singapura mengizinkan masyarakat mengemukakan pendapatnya di muka umum. Tapi mereka tak boleh berunjuk rasa di sembarang tempat.

Editor: Y Gustaman
zoom-in Fakta-Fakta Unik Hanya Ada di Singapura
Radio Sonora/Jumar Sudiyana
Sepeda Motor milik Petugas LTA ( Land Tranport Authority ) atau Petugas DLLAJR Singapura memantau lalulintas di Kawasan Ochard Road. Sepeda motor di sana identik dengan box di bagian belakangnya. 

TRIBUNNEWS.COM, SINGAPURA - Usia Singapura lebih muda dari Indonesia, tapi sudah berkembang pesat. Negeri jiran itu masuk dalam deretan kota metropolitan dunia. Pada 9 Agustus lalu adalah HUT Ke-49 Kemerdekaan Singapura.

Menjelang usia emasnya, Pemerintah Singapura sudah melahirkan inovasi baru dalam menata kehidupan kota dan penduduknya. Saat mengunjungi Negeri Singa dari 21-23 Agustus 2014, Radio Sonora sempat berbincang panjang lebar dengan Hari Ruslee (55), pemandu wisata keturunan Bone, Sulawesi Selatan.

Kepada Sonora, Hari Ruslee, banyak berbagi cerita. Menurutnya, ada lima hal unik dan fakta yang cuma ada di Singapura.

1. ERP (Electronic Road Pricing)
ERP adalah sistem jalan berbayar bagi kendaraan yang melintas. Secara sistem, ERP tak berbeda jauh dengan jalan tol di Indonesia. Namun ERP tak memiliki loket untuk menarik tarif dari pengemudi.

Pemerintah Singapura memiliki alat yang menarik langsung tarif si pengemudi secara online, yakni dari rekening atau saldo di kartu mereka. Perangkat itu tersebar di muka jalan yang banyak dilalui kendaraan tersebut.

Menurut Hari, ERP adalah pungutan untuk jalan di tempat-tempat tertentu dengan cara membayar secara elektronik. Tempat dilakukannya pungutan jalan biasa disebut restricted area.

Langkah ini ditempuh sebagai upaya mencegah kemacetan lalulintas dan mengalihkan warga menggunakan kendaraan umum. Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo saat ini sedang melakukan terobosan membangun MRT walaupun masih tahap awal.

BERITA TERKAIT

2. Singapore Flyer atau Kincir Raksasa
Kincir raksasa berlokasi di bagian selatan Singapura. Tepatnya di dekat Marina Bay Sand. Cukup mengeluarkan uang 33 dolar Singapura, setiap penumpang bisa melihat seluruh wilayah Singapura yang hanya seluas kurang lebih 720 km persegi dan sebagian Pulau Sumatera dari ketinggian sekitar 100 meter.

"Diperlukan waktu 30 menit setiap satu putaran kincir dan pengunjung bisa melihat seluruh Singapura dan Pulau Batam serta sebagian Sumatera," ujar pria humoris tersebut.

3. Speak Corner atau Sudut berbicara
Singapura tetap mengusung asas demokrasi seperti negara lain. Pemerintah Singapura mengizinkan masyarakat mengemukakan pendapatnya di muka umum. Tapi mereka tidak boleh berunjuk rasa atau berorasi di sembarang tempat.

Sehingga pemerintah Singapura menyediakan lokasi khusus atau Speak Corner bagi pengunjuk rasa untuk menyampaikan pendapatnya. Para demonstran harus mendaftar dulu ke instansi pemerintah seperti di Indonesia.

4. Mobil Khusus Akhir Pekan
Sama halnya ERP, guna menekan jumlah kendaraan di jalanan, Pemerintah Singapura menerapkan dua sistem kendaraan pribadi yaitu mobil untuk hari kerja dan mobil akhir pekan.

Menurut Hari memang secara umum, tidak ada yang beda dengan dua kendaraan roda empat tersebut. Namun pelat nomornya tak sama di mana mobil plat merah beroperasi di hari biasa mulai Pukul 19.00 malam hingga 07.00 pagi. Sementara pada Hari Sabtu mulai pukul 15.00 - Senin pagi. Jika tidak, maka kendaraan tersebut harus membeli voucher 20 dolar Singapura.

5. Sepeda Motor Memakai Box
Hampir sebagian besar kendaraan roda dua di Singapura menggunakan box di bagian belakang. Adapun variasi boxnya hampir sama semua, namun ada beberapa yang menggunakan box berbentuk kotak.

Sementara jenis-jenis kendaraan roda dua di Singapura juga tidak banyak berbeda dengan yang ada di Jakarta seperti Yamaha Jupiter MX, Honda Supra dan Suzuki.

Menurut Hari keberadaan Box tersebut memang semacam kebiasaan saja, dari para pengendara sepeda motor untuk membawa peralatan ataupun helm pengaman kepala. "Rata-rata mereka menaruh helm atau tas peralatan mereka di dalam box tersebut," ujarnya.

Sepanjang pengamatan Radio Sonora, para pengendara sepeda motor di Singapura begitu menghargai pejalan kaki. Di lokasi Zebra Cross mereka berhenti di belakang garis putih pada saat lampu pengatur lalu lintas berwarna kuning atau hijau.

Mereka juga memarkirkan kendaraan sejajar dengan rapi di pinggir jalan, bukan serong. Tak ada satu pun pengendara motor di Singapura yang melewati kawasan pedestrian sekali pun dalam kondisi macet pada saat pulang kerja atau jam-jam istirahat makan siang. (Laporan Radio Sonora/Jumar Sudiyana)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas