Pelesiran ke Flores, Inilah Musik Khas Ndoto, Kuliner dan Ritual Khas Setempat
Pelesiran ke Flores, NTT, inilah musik ndoto, kuliner dan ritual khas setempat yang asyik liburan tak terlupakan.
Editor: Agung Budi Santoso
Selanjutnya, acara keempat, Lemba Uwi, cari ubi dikebun dan disimpan dibelakang rumah adat. Acara kelima Ka Rea, (daun pandan) kaum perempuan khusus istri dari Kepala Suku mengambil daun pandan dikebun. Acara keenam Woe Uwi, ubi dililit dengan daun pandan ditutup sapi dan ubi yang dililit itu tidak boleh rusak.
Lilitan ubi itu sama seperti kerangka mayat dengan diterangi lampu pelita di bagian atas dan bagian bawahnya. Bahkan ada Kepala Suku yang bergadang sepanjang malam untuk menjaga Woe Uwi tersebut sampai pagi. Ada larangan yang harus ditaati warga Suku yakni, perempuan yang sedang hamil tidak boleh memegang Woe Uwi dan suaminya tidak boleh menyentuhnya. Apabila larangan ini tidak ditaati maka seorang perempuan yang sedang hamil maka akan terjadi keguguran.
Nah, pada acara puncak pada pagi harinya, Bhei Uwi (makan ubi). Untuk acara ini ada beberapa tahapan yang harus dilalui yakni, Togi Bobo, gendang khusus adat yang dipukul oleh Kepala Suku Jemu Dhedhe Wena dibelakang rumah. Suku ini sangat spesial memukul gendang dalam acara Bhei Uwi tersebut. Setelah itu, enam Kepala Suku di kampung itu memikul ubi menuju ke rumah adat Peo yang berada di tengah kampung.
Membersihkan tangan setelah rangkaian adat dilaksanakan di Kampung Wajo, Nagekeo, NTT
Arnoldus menjelaskan, setelah acara Bhei Uwi diantar ke rumah adat, selanjutnya, sebanyak 13 orang anggota Suku memukul musik Ndoto di depan halaman rumah adat. Selama kurang lebih satu jam, anggota suku memukul musik Ndoto sebagai tanda berhasilan menghantar ubi ke rumah adat. Acara Bhei Uwi ini juga semacam syukur panen tahunan dari enam suku di Kampung Wajo.
“Setiap tahun enam warga Suku Kampung Wajo selalu melaksanakan upacara Bhei Uwi sebagai tanda syukur panen kepada leluhur dan Sang Pencipta,” jelasnya.
Kepala Suku lain, Mikael Mite, Paskalis Pidi, Yohanes Nanga, Vinsensius Meo dan Jansen Ben Aja menceriterakan, pada bulan September-Oktober sebelum tahun berikutnya dilaksanakan Gema Uma Tola, membuka kebun khusus untuk menanam berbagai tanaman holtikultura. Pada bulan Maret, dilaksanaan Ngae Tonda, melihat hasil tanam di kebun khusus tersebut.
Musik Ndoto dari Nagekeo, Flores, NTT.
Pada bulan Mei-Juni, dilaksanakan pukul musik Ndoto di rumah adat. Selanjutnya, Lasi Masa, cuci bersih ubi atau Uwi. Acara berikutnya, Tua ana Uti, arang sisa dibuang. Pada Agustus dilaksanakan upacara Ile Dhelee, berburu binatang tikus selama empat hari dan pada bulan September tahun berikutnya dilaksanakan upacara Ile Ndai, berburu babi hutan dan binatang kera.
“Upacara ini dilaksanakan selama tahun sampai pada puncaknya mementaskan musik Ndoto di tengah kampung. Jadi tidak benar informasi selama ini bahwa apabila warga masyarakat Flores makan ubi dari hutan adalah akibat kelaparan, sesungguhnya, ada dalam sebuah ritual,” jelasnya. (Markus Makur)