Warnatasku Tebarkan Eksistensi Warisan Leluhur
Warnatasku mengangkat kombinasi berbagai kain tradisional, seperti batik, ulos, dan tenun sebagai material pembuatan tas.
Penulis: Regina Kunthi Rosary
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Regina Kunthi Rosary
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pesona tas etnik modern yang ditawarkan oleh label Warnatasku seakan tak pernah pudar.
Kini, untuk pertama kalinya, Warnatasku berlaga di perhelatan akbar Indonesia Fashion Week (IFW) 2016 dengan menggandeng para desainer untuk berkolaborasi dengan koleksi terbarunya.
Tak hanya demi keuntungan materi belaka, dua perempuan pengagas Warnatasku, Ervina Ahmad dan Yusnita Mukri, berkeinginan terus melebarkan sayap bisnisnya demi memperkenalkan produk etnik berbahan tradisional ini kepada anak muda di Indonesia.
Pasalnya, anak muda masa kini amat menggemari produk luar negeri.
Alhasil, koleksi tas perempuan yang dipamerkan dalam peragaan busana bertajuk "Eksistensi Warisan Leluhur" tersebut utamanya menyasar konsumen muda di Indonesia.
"Kami lebih menyasar anak muda karena orangtua rasa-rasanya sudah tahu kualitas bahan, sementara anak muda zaman sekarang jarang menggemari desain etnik batik dan tenun. Kami ingin mengedukasi anak muda agar lebih mencintai produk lokal warisan leluhur," ujar pihak Warnatasku.
Dalam peragaan busana yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, pada IFW 2016 hari pertama, Kamis (10/03/2016), Warnatasku mengangkat kombinasi berbagai kain tradisional, seperti batik, ulos, dan tenun sebagai material pembuatan tas.
Perpaduan tersebut diwujudkan dalam beraneka macam tas, antara lain clutch bag, hobo bag, dan tote bag.
Kendati dibuat dengan bahan tradisional, berbagai tas tersebut bergaya eksklusif dengan desain minimalis modern.
Nuansa kasual nan chic yang juga kental dalam koleksi tersebut berpadu dengan berbagai warna, antara lain merah muda, cokelat, hijau, abu-abu, serta beberapa warna pastel.
"Kami berupaya membuat produk yang sesuai dengan fashion anak muda. Kami membuat seminimalis mungkin tanpa diberi banyak aksesoris," ujar Ervina.
Label yang berdiri sejak 2011 silam tersebut menyajikan produk buatan tangan, yang artinya semua tas dijahit secara manual.
Dari satu lembar kain, hanya dibuat maksimal empat tas dengan berbagai desain.