Ini Sejarah Panjang Labu dan Lentera si Jack Saat Pesta Halloween
Labu yang dimaksud memang labu kuning, Cucurbita pepo, mirip dengan waluh, Cucurbita moschata, yang di negeri kita lumrah dikolak atau disayur.
Editor: Ferdinand Waskita
Untuk Dewa Kematian dan Matahari
Lalu, apa hubungan antara labu dengan Halloween?
Sejarahnya cukup panjang. Bukan hanya dalam hitungan ratusan tapi bahkan ribuan tahun yang lalu.
Diduga perayaan Halloween itu bersumber pada suatu upacara yang disebut Samhain pada bangsa Celt yang hidup di Inggris, Mandia, dan Prancis Utara lebih dari 2.000 tahun yang lalu.
Jauh sebelum masuknya pengaruh zaman Romawi dan masuknya agama Kristen.
Samhain yang diselenggarakan pada akhir musim panas (summer) itu, selain untuk merayakan pesta tahun baru mereka yang jatuh pada 1 November, juga ditujukan bagi Dewa Matahari sekaligus Dewa Kematian mereka.
Baca: Rachel, Bocah yang Wajahnya Dicelupkan ke Minyak Panas Bakal Dioperasi Plastik
Bagi Dewa Matahari, upacara yang dipimpin Druid (pendeta sekaligus guru orang Celt) itu sebagai ungkapan rasa terima kasih karena panen telah berhasil menyediakan cadangan pangan selama musim dingin (winter) yang segera tiba.
Bangsa Celt percaya, Samhain (Dewa Kematian) membiarkan arwah orang yang sudah meninggal turun ke bumi pada malam itu.
Untuk itu Druid meminta orang-orang mengeluarkan perapian mereka.
Sang pendeta lalu membuat api unggun besar dengan ranting-ranting kayu oak yang dianggap suci untuk membakar persembahan berupa hewan kurban dan hasil bumi.
Lalu setiap keluarga menyalakan perapiannya masing-masing dengan api yang diambil dari api unggun.
Sepanjang upacara mereka mengenakan kostum seram-seram dan aneh-aneh berupa kepala binatang dan kulitnya.
Di situlah mereka membincangkan nasib atau peruntungan mereka di tahun mendatang.
Tradisi bangsa Celt itu lalu berbaur dengan dua kebiasaan bangsa Romawi yang menundukkannya pada tahun 43 SM dan menguasai Inggris Raya selama 400 tahun lamanya.
Baca: Ini Asal Usul A Jadi Huruf Pertama dalam Alfabet
Salah satunya adalah Feralia yang dilangsungkan pada akhir Oktober untuk menghormati arwah mereka yang sudah meninggal.
Satunya lagi adalah pesta untuk menghormati Pamona, dewi buah-buahan dan tanaman.
Barangkali hadirnya apel dan kacang-kacangan pada pesta Halloween berkaitan dengan pesta ini.
Banyak kebiasaan bangsa Celt yang masih terus hidup bahkan berbaur dengan kebiasaan dalam agama Nasrani - setelah agama ini mereka anut.
Sepanjang tahun 800-an gereja menetapkan perayaan yang dikenal sebagai All Saints' Day pada setiap tanggal 1 November.
Malam menjelang hari itu disebut All Hallow e'en, yang artinya holy evening. Terakhir kemudian istilah itu menjadi Halloween.
Lentera si Jack
Pesta Halloween hingga kini masih diselenggarakan, baik di negeri asalnya Eropa maupun di Kanada atau AS.
Tentu saja dengan berbagai modifikasinya masing-masing. Dulu orang Inggris atau Irlandia mengukir bit, kentang, dan lobak, untuk lentera.
Tapi setelah kebiasaan ini masuk ke Amerika, yang dipakai labu kuning.
Buah labu ini dilubangi sehingga berbentuk wajah hantu bertampang lucu.
Di dalamnya ditaruh lilin atau sumber penerangan lain.
Labu yang bak kepala dengan sumber penerangan di dalamnya ini, lalu disebut Jack O' Lantern (Lentera si Jack).
Dinamai demikian karena ada kaitannya dengan legenda dari Irlandia.
Menurut kisahnya, seseorang bemama Jack ditolak masuk surga karena ia orang kikir semasa hidupnya.
Celakanya, pintu neraka pun tertutup baginya karena ia memperdayai setan.
Akibatnya, (arwah) si Jack yang malang ini terpaksa gentayangan melanglang bumi sembari menenteng lenteranya sampai kiamat
Meski terus dirayakan, pesta Halloween masa kini tidak lagi dimaksudkan seperti tujuan semula, tetapi sudah berubah menjadi sekadar hiburan.
Di Amerika, misalnya, pada pesta Halloween orang membuat api unggun, berpakaian aneh-aneh dan seram-seram, makan buah apel dan kacang, dan menggelar cerita-cerita hantu.
Sementara itu anak-anak melakukan trick or treat, berkeliling dari rumah ke rumah - macam anak-anak di negeri kita di hari Lebaran – sembari mengetuk pintu meminta permen, buah-buahan, berondong jagung (popcorn), kue-kue, uang receh, dll.
Namun di antara anak-anak itu ada yang melakukan trick or treat demi UNICEF (badan PBB yang menangani dana bagi kepentingan anak-anak).
Uang yang terkumpul diserahkan ke lembaga tersebut, untuk kemudian disalurkan bagi anak-anak miskin di seluruh dunia dalam bentuk makanan, perawatan kesehatan, atau layanan lain.
Sebagian orang kini menyelenggarakannya bukan lagi di halaman rumah, namun di dalam gedung sembari menggelar musik dan berajojing.
(Ditulis oleh Dedes Erlina & HK. Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Oktober 1994)
Artikel ini telah tayang di Intisari dengan judul: Labu dan Lentera si Jack di Pesta Halloween, Persembahan untuk Dewa Kematian dan Matahari