Kisah Sungai Emas Papua Hingga Banjir Jakarta di Galeri Nasional Indonesia
Pameran tunggal ini menampilkan 44 lukisan-lukisan bentang alam (landscape) karya maestro lukis Srihadi yang diproduksi dalam rentang tahun 2016–2020
Penulis: Eko Sutriyanto
Seperti halnya Borobudur – The Energy of Nature (2017). Lukisan dengan ukuran 160 x 150 cm yang dibuat pada 2017 itu memvisualkan candi Borobudur dengan latar belakang langit jingga berikut purnama tegak lurus dengan stupa utama.
Karya enigmatic ini menjadi simbol puncak proses kontemplasi dan spiritualitas tentang kesadaran akan keberadaan diri dalam siklus bumi, bahkan lebih luas lagi, siklus jagat raya.
Baca: Ramalan Zodiak Asmara Besok, Jumat 13 Maret 2020: Cancer Hati-hati Berkomunikasi, Sagitarius Sabar
Baca: Tidak Jadi Dipulangkan, 2 Pasien Positif Virus Corona Tunggu Hasil Lab Kedua
Baca: Pujian Yunarto untuk Anies Soal Penangan Corona: Cepat Ambil Keputusan Dibanding Pemerintah Pusat
Secara filosofis, menurut Rikrik Kusmara, Srihadi ingin menekankan aspek human, culture, dan universe/nature. Tentang bagaimana manusia membuat Borobudur, bagaimana manusia berada di alam, serta eksistensi manusia sebagai bagian dari mikrokosmos dan makrokosmos.
Dra Siti Farida Srihadi, M.Hum, akademisi seni rupa dan penulis buku Srihadi Soedarsono – Man x Universe mengatakan, sistem nilai Jawa membentuk pendekatan simbolis khas Srihadi, dari sudut bentuk maupun warna.
"Bagaimana kuasa Srihadi atas nuansa dan detil dikedepankan serta diperkaya oleh intuisi dan binaan roso, demi mencapai kondisi Manunggaling Kawulo Gusti,” katanya.
Budayawan Dr. Jean Couteau menambahkan, Srihadi mempunyai suatu kemampuan untuk ‘merasa’ yang selain luar biasa, juga dikembangkan dan diasah oleh tradisi Jawa asalnya.
Dengan mempertimbangkan sejarah seni lukis Indonesia dan dunia, Srihadi Soerdarsono bukan hanya maestro simbolis/warna-is Indonesia, tetapi sebenarnya termasuk salah seorang maestro simbolis-koloris kelas dunia.”
Kepala Galeri Nasional Indonesia, Pustanto mengungkapkan, Srihadi melalui karya-karyanya membuktikan bahwa ia adalah sosok seniman yang paripurna.
Dengan ethic, emphatic, dan aesthetic, Srihadi menghidupkan karya-karyanya.
"Sebaliknya, karyanya pulalah yang menyemangati hidupnya, hingga ia tetap sehat dan aktif berkarya di usia senja. Keistimewaan Srihadi ini menjadi sumber inspirasi bagi banyak generasi,” katanya.
Srihadi Soedarsono, kelahiran Solo, 4 Desember 1931, sejak usia dini suka menggambar. Saat jadi pelajar, dia bergabung dalam Ikatan Pelajar Indonesia (IPI) bagian Pertahanan pada 1945 dengan tugas membuat poster, grafiti, menulis slogan yang mengobarkan semangat juang di dinding-dinding besar dalam kota dan gerbong-gerbong kereta api.