Pekerjaan Tidak Ada Habisnya, Awas, Kamu Bisa Alami Burn Out Syndrome, Usir Malas dengan Buku Ini
Jangan sampai kamu memaksakan diri untuk bekerja terus-menerus bahkan masih memikirkan pekerjaan saat hendak tidur. Ini bisa jadi alburn out syndrome.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM - Pernah ngak sih kamu mengalami saat-saat di mana rasanya pekerjaan/tugas seperti tidak ada habisnya?
Belum selesai yang satu, sudah datang tugas yang lain, dan begitu seterusnya. Hingga rasanya 24 jam dalam sehari itu tidaklah cukup.
Kalau kamu sedang merasakan hal ini, waspadalah! Jangan biarkan tugas/pekerjaan membuat kamu kehilangan waktu untuk beristirahat.
Baca juga: Diramaikan Dai Kondang Hingga Komika Nasional, 20 Ribu Alquran Disalurkan ke Aceh
Baca juga: Merayakan Hari Literasi Internasional, Rekomendasi Seri Buku Cerita Mamah Muda
Jangan sampai kamu memaksakan diri untuk bekerja terus-menerus bahkan masih memikirkan pekerjaan saat hendak tidur. Kenapa?
Karena jika dibiarkan, kamu bisa mengalami burn out syndrome.
Apa itu burn out syndrome?
Burn out syndrome adalah suatu kondisi akibat kelelahan yang amat sangat, baik fisik maupun emosi, disebabkan terlalu banyaknya bekerja.
Baca juga: Mengajak Anak Keliling Indonesia Hanya dengan Satu Buku
Baca juga: Ayah Bunda, Mengurus Anak Tak Harus Ribet, Santuy Saja, Yuk Intip Triknya di Buku Ini
Lalu, apa efek dari burn out syndrome ini? Menurut Choi Myung Gi, seorang psikolog, yang ditulis dalam Buku Antimalas dan Suka Menunda,
“Kondisi burn out tidak serta-merta terjadi karena kita merasa pekerjaan yang diberikan terlalu banyak atau sulit.
Saat pekerjaan berlanjut tiada henti, akan muncul rasa ragu bahwa Anda benar-benar bisa melakukannya dengan baik.
Hasilnya? Tentu saja semua pekerjaan itu tidak terlaksana dengan baik.
Lalu muncullah pemikiran, ‘Ah, rasanya mau kutinggalkan saja semua ini.’ Andai bisa, Anda pun akan langsung melarikan diri ke suatu tempat.
Tak hanya itu, kadang kala rasa kesal juga muncul tanpa sebab.
Rasanya ingin memukul seseorang yang membuat diri Anda terjatuh dalam kesulitan seperti ini, bahkan sampai muncul ide ekstrem untuk bunuh diri karena tidak bisa menemukan jalan keluar.”