Pengin Tindik, Tak Disarankan Gunakan Piercing Gun, Ini Alasannya
Piercing atau tindik membuat penampilan seseorang jadi menonjol. Apalagi ketika yang ditindik berada di bagian wajah.
Editor: Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM - Piercing atau tindik membuat penampilan seseorang jadi menonjol. Apalagi ketika yang ditindik berada di bagian wajah.
Tindik bagi sebagian orang juga sebagai sarana mengekspresikan diri.
Ada beberapa metode piercing. Salah satu yang populer adalah piercing gun atau menggunakan alat tindik tembak.
Mungkin terlihat murah dan nyaman, tetapi sejumlah faktor membuat piercing gun atau alat tindik tembak ini tidak aman dan tidak tepat digunakan untuk menindik tubuh manusia.
"Bahkan tidak gua sarankan sama sekali sekalipun untuk tindik telinga," kata Neyo, founder Piercing Indonesia.
Baca juga: Jangan Anggap Sepele, Ketahui Risiko Melakukan Tindik Sendiri
Awalnya, menurut dia, alat tindik tembak diciptakan untuk menandai ternak dan hewan-hewan lain, lalu diadaptasi untuk digunakan pada manusia.
Alat ini menancapkan anting yang runcing menembus kulit secara paksa, sehingga menyebabkan lebih banyak trauma dan ketidaknyamanan pada jaringan tubuh dibandingkan pengunaan jarum tindik seperti yang biasa digunakan oleh penindik profesional.
"Selain itu, anting yang ditancapkan pun umumnya hanya ada satu ukuran sehinga tidak akan cocok untuk setiap orang serta tidak bisa mengakomodasi cuping telinga yang berisi atau jika terjadi pembengkakan, sudah pasti tidak bertahan lama untuk sebuah piercing," terangnya.
Anting ini, lanjut dia, biasanya menggunakan tutup belakang model kupu-kupu yang dapat menghambat proses penyembuhan dan meningkatkan risiko infeksi karena ia menekan jaringan kulit dan daging telinga, membatasi sirkulasi darah, dan menahan proses sekresi dan bakteri di dalamnya.
Darah dari orang yang ditindik dapat mengkontaminasi bagian dalam alat itu yang nantinya digunakan lagi secara berulang-ulang (reusable).
Baca juga: Niyo, vokalis Nano Band, Cerita Kerja Sampingannya sebagai Tukang Tindik atau Piercing
Ketika bersentuhan dengan jaringan tubuh klien selanjutnya, besar kemungkinan terjadinya penularan penyakit.
Kadang-kadang alat tembak tersebut “di-sanitasi” setiap kali penggunaan dengan menggunakan alkohol atau disinfektan lain, tetapi ini pun tidak cukup untuk membunuh seluruh mikroba.
Sebagian besar piercing gun mengandung plastik yang dapat meleleh, sehingga tidak dapat diproses di autoclave (mesin sterilisasi dengan menggunakan panas dan tekanan).
Pembuat alat tembak telah berusaha mengatasi masalah ini dengan memproduksi kartrid “sekali pakai” yang diisikan perhiasan, tetapi lagi-lagi karena bagian ujungnya dimasukkan ke dalam perangkat yang reusable, kartrid ini tetap memiliki risiko infeksi yang lebih besar daripada piercing menggunakan jarum steril sekali pakai.
Masalah lain pun kerap muncul, alat ini gagal menembus jaringan pada tembakan pertama, atau antingnya tidak bisa keluar, sehingga tersangkut selama proses piercing.
"Situasi ini memerlukan penanganan khusus pada jaringan tubuh, sementara operator alat ini memakai sarung tangan pun tidak, ini bukti bahwa pengetahuannya tentang kebersihan yang sangat rendah. Sangat disayangkan, banyak anak muda yang tidak terlatih dalam melakukan prosedur tindik, teknik penempatan, atau sanitasi," terangnya.
Sekali lagi, Neyo menegaskan, jangan menggunakan alat tindik tembak. Apalagi menindik pada area tulang rawan dengan menggunakan piercing gun.
Sebab, sangat berpotensi menyebabkan infeksi, penundaan pemulihan, dan komplikasi lainnya.