Fenomena Kehangatan Keluarga yang Menguras Emosi Usai Tonton Miracle In Cell No 7, Ini Kata Psikolog
Film Miracle Cell No 7 ditujukan untuk semua umur, orang dewasa, remaja, hingga anak-anak. Ceritanya menguras air mata.
Penulis: Willem Jonata
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM - Film Miracle Cell No 7 ditujukan untuk semua umur, orang dewasa, remaja, hingga anak-anak.
Tak sedikit yang datang menonton film besutan sutradara Hanung Bramantyo tersebut adalah keluarga.
Karakter, adegan dan jalan cerita membuat mereka terbawa emosi.
Baca juga: Miracle In Cell No 7 Tembus 3,5 Juta Penonton, Hanung: Yang Kita Kerjakan Sampai ke Hati Penonton
Bahkan dari sebuah tayangan video TikTok yang diunggah ulang oleh Hanung di Instagram, seorang anak sampai menangis. Ia ingin memeluknya.
"Ya Allah, nak. Saya nggak tahu ada kisah apa di balik kesedihannya. Yang jelas, melihat ini rasanya pengin meluk," tulis Hanung pada keterangan.
Pada video tersebut, seorang anak tak bisa menahan tangis usai film usai. Ia tetap duduk di kursinya.
Beberapa anak lain menunjukkan simpati. Mereka mencoba menenanngkan dan menguatkannya.
Baca juga: Jadwal Tayang dan Harga Tiket Film Miracle In Cell No. 7 Rabu, 14 September 2022 di Bioskop Bandung
Soal fenomena itu, psikolog anak RS Pondok Indah – Bintaro Jaya, Jane Cindy Linardi, M.Psi, Psi mengatakkan film umumnya memang melibatkan emosi-emosi dari setiap karakter.
Dari segi penceritaan, menurut dia, penonton dibawa masuk untuk mengenal karakter-karakternya terlebih dahulu, sehingga mereka membangun “empati” terhadap tokoh-tokoh.
"Mereka turut merasakan emosi dari tokoh-tokoh tersebut," kata Jane.
Dengan penggabungan elemen musik, semosi penonton mudah larut.
"Musiknya pun dipilih yang sesuai dan biasanya memang musik tersebut tujuannya untuk membangun emosi yang sedang ditampilkan dalam adegan film. Untuk anak-anak yang menangis dan memeluk ortunya setelah menonton, artinya mereka punya kepekaan emosi yang baik," terangnya.
Baca juga: 5 FAKTA Miracle in Cell No. 7 yang Lagi Tayang di Bioskop, Tembus 190 Ribu Penonton di Hari Pertama
Anak-anak yang menangis adalah sebuah kewajaran, artinya mereka bisa “berempati” dengan tokoh dalam film dan ikut merasakan kesedihan.
"Bisa juga nanti orang tua-orang tua yang ajak anaknya nonton, tanyakan ke anak, apa yang mereka rasakan setelah nonton film tersebut, nanti bisa digali lebih dalam," tegasnya.
Jane kebetulan sudah menonton film Miracle Cell No 7. Ia pun memuji akting Vino G Bastian.
"Sangat bagus dalam menggambarkan kedekatan hubungan ayah dengan anaknya. Selain itu, Vino G. Bastian (pemeran Dodo) bisa deliver karakter Dodo sebagai individu dengan disabilitas intelektual dengan sangat baik. Hal ini juga bisa membantu masyarakat awam untuk lebih aware dengan kondisi individu dengan disabilitas intelektual," ujarnya.
Menurut Jane, terlihat juga bagaimana anak (Kartika), berperan menjadi “orang tua” bagi bapaknya yang punya kondisi khusus.
Hal ini sebetulnya banyak terjadi juga di dunia nyata, anak merawat orang tuanya karena kondisi orangtua yang tidak memungkinkan, sehingga bisa membuat anak tergugah empatinya.
"Dan di film ini bagus sekali digambarkan soal konsep “anak mengasuh ortu” pada adegan Kartika menyiapkan bekal, handuk, dan baju ganti untuk bapaknya bekerja, kemudian mengingatkan ayahnya untuk makan, dan ketika bapaknya bekerja jualan balon pun, anaknya yg mengantarkan balon-balonnya dan meminta fee yang fair ke pembeli," tandasnya.