Chef Chitra: Menu Ikan Patin Kuah Kuning jadi Alternatif Cegah Stunting
Ikan patin kaya kandungan protein dan mudah didapatkan. Harganya pun terjangkau.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - Ikan Patin merupakan ikan yang biasa hidup disungai dan banyak ditemukan di sungai besar di Indonesia dan khususnya di daerah Sumatera Selatan seperti Sungai Musi, Batanghari dan Indragiri memiliki kandungan protein yang tinggi.
Tidak berlebihan, Chef Chitra mengatakan, menu ikan patin apalagi dibuat kuah kuning ini juga bisa menjadi rekomendasi menu makanan dengan sumber protein hewani yang cukup tinggi sehingga bisa dijadikan alternatif menu keluarga untuk mencegah terjadinya stunting pada anak.
“Dalam menu kali ini cukup banyak kandungan protein hewaninya karena saya menggunakan ikan patin yang dalam keseharian kita mudah untuk didapatkan, dan juga harganya terjangkau," kata Chitra di sela-sela sesi cooking demo saat kampanye Gerakan Kembali ke Meja Makan Melalui Sarapan Pagi Bergizi yang diadakan dalam rangka peringatan Hari Keluarga Nasional di Palembang belum lama ini.
Baca juga: Angka Stunting Konsisten Turun, Edukasi ke Anak Muda Penting untuk Lahirkan Generasi Sehat
Chef Chitra didampingi oleh istri Gubernur Jawa Tengah, Ibu Siti Atiqoh, Ketua TP PKK Jawa Tengah, istri Gubernur Sumatra Selatan, Febrita Lustia, Ketua TP PKK Suamtera Selatan dan juga istri Kepala BKKBN, Ibu Reni Hasto, Penasehat DWP BKKBN Pusat memilih bahan dasar ikan patin.
Dikatakannya, untuk mendapatkan asupan gizi seimbang yang baik, tidak melulu harus menggunakan bahan pangan yang mahal dan dalam menu ini ia menerapkan konsep Bijak Garam untuk mencegah resiko hipertensi.
Deputy Bidang Pelatihan, Riset & Pengembangan BKKBN, Rizal Damanik mengatakan, untuk memberikan dampak dan manfaat yang lebih luas kepada masyarakat, dalam momentum Hari Keluarga Nasional ke-30 ini BKKBN mengusung tema Menuju Keluarga Bebas Stunting, Untuk Indonesia Maju dengan salah satu kegiatannya adalah Gerakan Kembali ke Meja Makan.
“Kegiatan gerakan kembali ke meja makan merupakan upaya bersama untuk mengingatkan kembali kepada para keluarga Indonesia akan pentingnya meluangkan waktu untuk berkumpul dan berkomunikasi bersama anggota keluarga, sehingga hubungan keluarga menjadi lebih kuat.
Anak punya saluran untuk mencurahkan persoalan yang terpendam, dan orangtua bisa membimbing setiap persoalan yang dirasakan oleh anak,” ujar Rizal Damanik.
Dikatakannnya, Indonesia telah mengalami penurunan tren prevalensi stunting yang cukup signifikan dari tahun ke tahun, namun masih berada di atas ambang batas standar WHO, sehingga masih berkategori darurat stunting.
Berdasarkan data Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, prevalensi stunting Indonesia masih berada pada angka 21,6 persen sehingga perlu mengerahkan segala upaya sehingga target 14 persen pada tahun 2024 dapat tercapai.
Head of Corporate Communications Dept PT Ajinomoto Indonesia, Grant Senjaya mengatakan, pihaknya membantu agar keluarga Indonesia bisa mendapatkan asupan gizi seimbang, melalui makanan rendah garam yang cita rasa dan kelezatannya tetap terjaga.