TRIBUNNEWS.COM - Susu kental manis telah lama menjadi bagian yang tak terpisahkan dari ragam kuliner Tanah Air. Berkat cita rasa istimewa yang dimilikinya, produk susu ini kerap digunakan sebagai bahan pelengkap untuk menyempurnakan kenikmatan sejumlah hidangan. 

Terlebih, susu kental manis merupakan bahan pelengkap makanan serbaguna yang ekonomis dan praktis dan bisa diandalkan sebagai penambah rasa dalam adonan, topping di atas makanan, dan bahkan bisa jadi penambah cita rasa untuk resep minuman yang beragam.

Selain meningkatkan cita rasa hidangan, ada beberapa manfaat susu kental manis yang juga baik untuk tubuh, salah satunya membantu memenuhi kebutuhan energi untuk dukung aktivitas harian kita, yang disertai dengan mengonsumsi asupan bergizi dan menjalankan pola hidup sehat. 

Pasalnya, produk susu ini terdiri dari makronutrien dan mikronutrien yang dapat diubah menjadi sumber energi yang diperlukan oleh tubuh.

Meskipun penggunaannya telah menjadi tradisi kuliner, nyatanya masih ada publik yang menilai bahwa susu kental manis bukan susu. Nah, apakah benar demikian?

Merujuk dari Codex Alimentarius Commission (CAC) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) regulasi No. 21/2016, susu kental manis merupakan produk susu berbentuk cairan kental yang diperoleh dengan menghilangkan sebagian air dari campuran susu dan gula hingga mencapai tingkat kekentalan tertentu. 

Adapun proses pembuatannya berfungsi sebagai pengawet alami agar masa penyimpanan produk susu ini dapat bertahan cukup lama. 

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa susu kental manis merupakan bahan pelengkap sajian yang mengandung susu. Jadi, anggapan bahwa susu kental manis bukan susu tidaklah benar.

Sekilas tentang sejarah susu kental manis

Dikutip dari berbagai sumber, susu kental manis sudah diperkenalkan ke publik sejak 31 Januari 1851 oleh seorang pria asal Amerika Serikat yang bernama Gail Borden.  

Kala itu, Borden menghasilkan susu kental manis dengan menggunakan panci vakum yang mampu membuat susu mengental dan mudah dikonsumsi dalam kondisi apapun. Dengan alat ini, Borden merebus susu pada suhu di atas 100 derajat celsius hingga akhirnya menjadi kental, terasa nikmat, dan yang penting, bisa diminum dalam jangka waktu yang lama.

Sejarah dan proses pembuatan tersebut membuktikan bahwa anggapan susu kental manis bukan susu adalah salah kaprah. Seiring berjalannya waktu, produk susu ini pun makin dikenal dan mulai tersebar ke seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia.

Kementerian Perindustrian mencatatkan susu kental manis sudah masuk ke Indonesia pada tahun 1873, namun pada masa itu distribusinya terbatas, karena hanya diberikan untuk para tentara Belanda yang ada di Tanah Air.

Namun, sejak tahun 1922 hingga kini, konsumsinya tak lagi terbatas untuk tentara saja. Seluruh lapisan masyarakat bisa mengonsumsi dan merasakan manfaat susu kental manis hingga diandalkan sebagai bahan pelengkap sajian favorit keluarga Indonesia untuk menambah cita rasa beragam hidangan.