Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Lifestyle

Peduli Lingkungan Tak Kenal Status Sosial, Kisah Seorang Jurnalis Penggagas Bank Sampah

Karena perumahan tempat tinggalnya kerap banjir yang dipenuhi sampah, Komarudin Bagja menggagas bank sampah dalam upaya pelestarian lingkungan.

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Willem Jonata
zoom-in Peduli Lingkungan Tak Kenal Status Sosial, Kisah Seorang Jurnalis Penggagas Bank Sampah
Tribunnews.com/ Rina
Founder Bank Sampah Salih (Sahabat Lingkungan) untuk warga RT 01 Perumahan Cahaya Darusalam Tambun, Komarudin Bagja yang ditemui di Bekasi, Minggu (26/11/2023). 

"Begitu ada Bank Salih ini, masyarakat berpikir sampah yang dibuang sembarangn ini memiliki nilai ekonomis yang bisa jadi uang. Karena itu pelan-pelan kami membuat sistem Bank Salih ini," tutur dia.

Jumlah nasabah Bank Salih ada 90 orang, terdiri dari 50 nasabah berasal dari warga RT 01 dan 40 nasabah merupakan orang di luar perumahan.

Bagja menceritakan, setiap nasabah bisa langsung merasakan manfaat dari menabung sampah ini.

Tabungan sampah dicatat dibuku serta tercantum di aplikasi perumahan warga RT 01 yang telah dikonversikan ke uang digital.

Warga bisa menggunakannya untuk membeli token listrik, logam mulia atau menerima uang dalam cash ketika saldonya minimal Rp. 100.000.

"Bagi warga yang ingin menabung dalam bentuk lain, kita sediakan logam mulia mini gold 0,0001 gram seharga Rp 45.000. Di dalam aplikasi itu warga bisa memilih untuk memanfaatkan uang tabungan sampahnya," ungkap Bagja.

Sampah yang terkumpul akan dijemput oleh pengepul setiap dua minggu sekali.

Berita Rekomendasi

Soal kesadaran menjaga lingkungan, diharapkan tidak hanya orang dewasa saja melainkan anak-anak juga turut termotivasi dengan menggagas bank sampah junior.

Dirinya mengaku senang menjalani kegiatan pengumpulan sampah ini. Ke depan, ia dan warga mulai merencanakan budidaya maggot untuk sampah organik.

Seorang warga, Santani (51) ditunjuk untuk bertanggungjawab dalam mengurus detail jual beli sampah plastik dari warga.

Ia mengatakan, walaupun masih dalam lingkup kecil gerakan ini diharapkan terus berlanjut.

"Sampai warga sadar bahwa dengan menjaga lingkungan maka lingkungan akan menjaga kita," ungkap Santani.

Santani yang sehari-hari berprofesi sebagai penjahit dan pengemudi ojek online ini, tidak merasa terbebani dalam mengurus Bank Salih.

Selama setahun ini, Bank Salih telah mengumpulkan 1,5 ton sampah berupa kardus.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas