Peduli Lingkungan Tak Kenal Status Sosial, Kisah Seorang Jurnalis Penggagas Bank Sampah
Karena perumahan tempat tinggalnya kerap banjir yang dipenuhi sampah, Komarudin Bagja menggagas bank sampah dalam upaya pelestarian lingkungan.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Willem Jonata
Dengan rata-rata setiap minggu berupa 30 kg sampah botol minuman plastik dan sampah lain seberat 60-80 kg.
Adapun untuk harga jual ke warga berbeda-beda. Untuk satu kg kardus kini dihargai Rp1.300.
Demikian pula dengan botol air mineral Rp.1.300.
Warga bisa melihat harga terkini beragam item sampah melalui aplikasi.
"Jadi berbeda-beda harganya. Ada yang satu kg Rp 2.000 seperti tutup galon atau tutup botol plastik. Untuk sampah mainan anak-anak juga bisa dihargai. Apapun sampah ada harganya masing-masing," jelas Santani.
Bagi Bagja dan Santani mewariskan hal bermanfaat bagi lingkungan sekitar sudah cukup membahagiakan.
Ada mimpi besar yang masih jadi keinginan jangka panjang Bagja tentang Bank Salih.
Ia berharap bisa memiliki tempat pengolahaan sampah terpadu baik organik dan anorganik.
"Kalau kita upscale di tingkat RW, tempatnya belum ada sambil nunggu perkembangan dan tempat yang memadai. Sehingga sampah apapun yang keluar dari rumah bisa dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomis," ungkap Bagja.
Kolabrasi Badja, Santani serta guyub warga sejalan dengan visi-misi Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF) yang mengajak generasi muda sadar bahwa kegiatan pelestarian lingkungan, seperti menanam pohon, mengolah sampah bermanfaat bagi generasi mendatang.