Fashion Show Sanggar Humaniora Menampilkan Busana Unik dan Kreatif Dari Pengelolaan Limbah
Lomba Fashion Show Busana Daur Ulang ikut mewarnai acara Kenduri Urban Humanity Refleksi Kehidupan Pemulung
Penulis: Toni Bramantoro
Mengingatkan tentang perlunya waspada terhadap bahaya sampah, kemudian berpartisipasi mengedukasi anak-anak Indonesia melalui empat pilar budaya; Cinta Bersih, Cinta Sehat, Cinta Tertib (disiplin), dan Cinta Keindahan.
“Melalui Lomba Fashion Show Busana Daur Ulang ini kita dapat meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menjaga lingkungan. Ini bisa menjadi pelajaran yang baik untuk generasi mendatang tentang bagaimana kita dapat berkontribusi melindungi planet kita,” ujar Eddie Karsito.
Lomba Fashion Show Busana Daur Ulang ini menjadi satu rangkaian kegiatan Kenduri Urban Humanity Refleksi Kehidupan Pemulung - Seni untuk Kemanusiaan yang digelar sejak Kamis (22/02/2024) sampai dengan Kamis (29/02/2024) mendatang.
Selain lomba fashion show busana daur ulang, ada lomba mewarnai dan melukis, pameran lukisan, seni instalasi, dan seni pertunjukan musik dan lenong remaja.
Kenduri “Urban Humanity - Refleksi Kehidupan Pemulung” untuk pertama kali sebuah perhelatan seni yang melibatkan para awam, yaitu; pemulung dalam proses kreatif dengan pendekatan seni instalasi.
Mengkontruksi sejumlah benda milik pemulung seperti gerobak, karung, gancu, dan alat mencari rongsok (sampah) lainnya. Benda-benda ini dikonstruksi menjadi karya seni instalasi yang memiliki kesadaran makna.
Kenduri “Urban Humanity - Refleksi Kehidupan Pemulung” diselenggarakan oleh Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan. Didukung oleh Unit Usaha Syariah PT. Pegadaian Cabang Pegadaian Syariah Islamic Centre Bekasi.
Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan, melalui Sanggar Humaniora membimbing ratusan siswa, pelajar mahasiswa, anak-anak dan remaja putus sekolah yang dididik informal melalui pendekatan seni peran dan budi pekerti secara gratis.
Melalui Rumah Singgah Bunda Lenny, telah melakukan aksi sosial ratusan kali, baik peduli sosial, santunan yatim dan dhua’fa, membantu korban bencana banjir, tanah longsor, kebakaran, serta pelayanan pendidikan non-formal.
Membuka warung kopi dan mie instan gratis buka tiap hari yang melayani para pemulung, musafir dan orang-orang lapar.
Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan membina ratusam pemulung. Sebagian diantaranya adalah janda-janda lanjut usia, dan ada yang usianya 97 tahun. Menyantuni kaum dhua’fa, fakir miskin, anak yatim dan dhu’afa non-panti yang tersebar di dua rumah singgah, Bekasi (Jakarta), dan di Baleendah Kabupaten Bandung./
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of
Follow our mission at sustainabilityimpactconsortium.asia