Ketidaknetralan Jokowi di Awal Pertarungan Pilpres Dinilai Berbahaya Bagi Demokrasi Indonesia
Direktur Eksekutif Voxpol Center, Pangi Syarwi Chaniago menilai ketidaknetralan Jokowi bisa berbahaya bagi kelangsungan demokrasi Indonesia.
Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: bunga pradipta p
TRIBUNNEWS.COM - Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center, Pangi Syarwi Chaniago, menilai Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebaiknya saat ini bersikap netral terkait kandidat calon presiden (Capres) 2024.
Menurut Pangi, ketidaknetralan Jokowi bisa berbahaya bagi kelangsungan demokrasi Indonesia.
Hal ini diungkapkan Pangi terkait Jokowi yang beberapa kali melontarkan sinyal dukungan mengarah kepada kandidat capres tertentu.
Terakhir, Jokowi menyebut rambut putih dan kerutan di wajah sebagai ciri-ciri pemimpin yang memikirkan rakyat, di depan relawan Gerakan Nusantara Bersatu di Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, beberapa waktu lalu.
"Pak Presiden punya alasan ingin seperti menjadi king maker, karena beliau tidak punya partai, bukan ketua umum partai, tidak punya otoritas, tapi punya kekuatan pada tulang punggungnya relawan."
"Seolah-olah Pak Jokowi ingin jadi king maker tidak masalah, tapi menurut saya lebih bijak, lebih baik, lebih tepat, Pak Jokowi tidak kelihatan untuk meng-endorse atau mendorong, atau seolah-olah (mendukung figur tertentu)," ungkap Pangi, Kamis (1/12/2022) saat menjadi narasumber talkshow Overview Tribunnews.
Baca juga: Jokowi Tunjukkan Lagi Dukungan untuk Prabowo, Pengamat: Pujian untuk Semua, Kecuali Anies Baswedan
Lanjut Pangi, sinyal dukungan Jokowi berubah-ubah di setiap kesempatan.
Jokowi bisa terlihat seolah-olah mendukung Anies Baswedan, Prabowo Subianto, maupun Ganjar Pranowo.
"Saya tidak terlalu memegang ucapan Pak Jokowi soal gimik, semiotik, tidak bisa dipegang."
"Bisa saja apa yang kita lihat adalah yang kita didapatkan, bisa saja di balik itu maknanya, bisa antitesis, atau sindiran," ujarnya.
Menurut Pangi, etika Jokowi yang tidak netral di awal akan berbahaya bagi demokrasi.
"Kalau misalnya presiden sudah kelihatan gelanggangnya tidak datar lagi, akan mempengaruhi kualitas demokrasi kita," ungkapnya.
Soal menjatuhkan dukungan, Pangi menyebut akan ada waktunya bagi seorang Jokowi.
"Setahu saya sekarang Pak Jokowi mendukung semuanya, mana yang punya peluang menang dia merapat. Ada peluang beliau mengusung yang menang," ungkap Pangi.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.