Menteri PPPA: Perempuan yang Menjadi Pengawas Pemilu Rentan Kepentingan Politik
Menteri PPPA mengatakan perempuan yang menjadi pengawas pemilihan umum (Pemilu) harus didukung semua pihak.
Penulis: Ibriza Fasti Ifhami
Editor: Hasanudin Aco
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ibriza Fasti Ifhami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), I Gusti Ayu Bintang Darmawati mengatakan perempuan yang menjadi pengawas pemilihan umum (Pemilu) harus didukung semua pihak.
Hal itu, kata Bintang, dikarenakan mereka rentan terhadap kepentingan politik.
"Perempuan yang menjadi pengawas Pemilu juga harus didukung semua pihak karena mereka rentan terhadap kepentingan politik," kata Bintang dalam acara Konsolidasi Perempuan Pengawas Pemilu di Jakarta, Selasa (20/12/2022).
Oleh sebab itu, Bintang meminta semua pihak terkait penyelenggaraan Pemilu untuk menyatukan kekuatan dalam rangka melindungi perempuan yang menjadi pengawas pesta demokrasi masyarakat Indonesia itu.
"Untuk itu bersama-sama kita perlu menyatukan kekuatan untuk mendukung dan melindungi perempuan dari pembatasan ruang geraknya," ucap Bintang.
Menteri PPPA mengharapkan peran perempuan dapat lebih maksimal dalam Pemilu 2024 mendatang.
Bintang menyatakan pihaknya mendukung semua perempuan untuk dapat ikut meningkatkan kualitas Pemilu.
"Oleh sebab itu kami sangat mendukung dan mendorong semua perempuan yang kaya akan pengalaman dan kepemimpinan di berbagai sektor untuk dapat ikut meningkatkan kualitas pemilihan umum," kata Bintang Darmawati.
Sebelumnya, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI menyebut hubungan perempuan dan kemajuan bangsa sangat berhubungan.
Ketua Bawaslu RI Rahmat Bagja menyampaikan hal tersebut saat memberikan pandangannya dalam acara Konsolidasi Nasional Perempuan Pengawas Pemilu, di kawasan Harmoni, Jakarta Pusat, Selasa (20/12/2022).
"Apa hubungan perempuan dengan kemajuan bangsa? Itu sangat berhubungan sekali," kata Rahmat Bagja, di Jakarta, Selasa ini.
Pendapat itu diucapkan Rahmat sebelum menceritakan kisah seorang perempuan debitur Grameen Bank, yang dianugerahi penghargaan Nobel karena memiliki sifat setia, jujur, dan rasa tanggung jawab.
"(Perempuan Grameen Bank dapat Nobel) karena terbukti ketika meminjam, perempuan mengebalikan hampir 100 persen daripada laki-laki," jelasnya.
"Kesetiaan perempuan, kejujuran perempuan lebih tinggi pada saat pengembalian. Itu membuktikan perempuan mempunyai kepercayaan yang tinggi," sambung Rahmat.
Lebih lanjut, Rahmat menggambarkan perbedaan laki-laki dan perempuan dalam hal tanggung jawab.
"Ketika laki-laki dihadapkan dengan makan anaknya dan rokoknya. Kadang-kadang dia milih rokok. Kalau perempuan, enggak mungkin milih bedak. Saya yakin pasti yang dipikirkannya anaknya supaya tumbuh dan berkembang," ucap Rahmat di depan ratusan perempuan anggota Bawaslu RI dari seluruh daerah di Indonesia.
Menurutnya, sifat-sifat perempuan itu lah yang menjadi inti dari Pemilihan Umum (Pemilu).
"Itu inti dari pemilu kita. Itu inti dari hubungan perepmpuan dan pemilu. Jika salah maka hancurnya bangsa ini," tuturnya.
Ia melanjutkan perempuan merupakan penganggung jawab berjalanannya demokrasi di suatu bangsa.
"Perempuan adalah penanggung jawab terhadap semua sendi kehidupan demokrasi bangsa," kata Rahmat.