Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Soal Pemilu Coblos Partai di 2024, Sekjen NasDem: Argumen Daur Ulang

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai NasDem Johnny G Plate mengatakan partainya menolak wacana Pemilu proposional tertutup.

Penulis: Fersianus Waku
Editor: Wahyu Aji
zoom-in Soal Pemilu Coblos Partai di 2024, Sekjen NasDem: Argumen Daur Ulang
Istimewa
Sekjen Partai NasDem Jhonny G. Plate 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fersianus Waku

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai NasDem Johnny G Plate mengatakan partainya menolak wacana Pemilu proposional tertutup atau pemilih hanya bisa bisa mencoblos partai, bukan calon anggota legislatif (Caleg).

Hal itu disampaikan Johnny saat dirinya bersama Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menjadi pembicara dalam rilis hasil survei Indikator Politik Indonesia secara virtual, Rabu (4/1/2023).

Awalnya, Johnny menceritakan ketika dirinya menjadi salah satu Anggota Panitia khusus (Pansus) RUU Pemilu pada 2017.

Menurutnya, saat itu terjadi perdebatan yang cukup seru agar terwujudnya Pemilu yang berkualitas melalui partisipasi masyarakat.

"Termasuk salah satunya sistem proposional terbuka atau tertutup. Secara politik saat itu kita semua sepakat untuk menggunakan sistem proposional terbuka," kata Johnny.

Karenanya, Johnny menganggap perdebatan perihal apakah menggunakan proporsional tertutup atau terbuka saat ini merupakan argumen yang didaur ulang.

BERITA REKOMENDASI

"Argumennya saat ini kita lakukan ini adalah argumen daur ulang. Karena ini sudah disampaikan semua," ujarnya.

Ia menegaskan Pemilu proposional terbuka membuka ruang bagi masyarakat agar terlibat dalam memilih wakil rakyatnya.

"Dengan harapan kewenangan dan hak rakyat bisa digunakan dan mengetahui langsung pada rakyatnya dan tidak bertentangan dengan konstitusi kita," ucap dia.

Lebih lanjut, Johnny berharap agar keputusan Pemilu proposional terbuka yang telah disepakati sebelumnya, jangan diganggu lagi.

"Sehingga kalau dengan argumen-argumen yang sama kita lakukan dulu kita lakukan lagi sekarang, satu hal yang mungkin masih perlu diingatkan, hak kedaulatan yang telah kita berikan secara luas kepada konstituen jangan dirampas kembali," imbuhnya.

Baca juga: Pakar Sebut Sistem Proporsional Terbuka di Pemilu Biayanya Mahal dan Menimbulkan Keresahan Sosial

Sementara, Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto menjelaskan alasan partainya mendorong sistem proporsional tertutup diterapkan pada Pemilu 2024 mendatang.

Hasto menjelaskan berdasarkan konstitusi yakni Pasal 22E ayat (3) UUD 1945, peserta pemilihan umum untuk memilih anggota DPR dan DPRD adalah partai politik.

Dari situ, lanjut Hasto, tujuan partai yaitu menjalankan fungsi kaderisasi dan pendidikan politik.

"Bagi PDIP kami berpolitik dengan suatu prinsip, dengan suatu keyakinan berdasarkan konstitusi, peserta pemilu adalah partai politik dan kemudian kami ingin mendorong mekanisme kaderisasi di internal partai," kata Hasto di Kantor DPP PDIP, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (3/1/2023).

"Kita bukan hanya partai yang didesain untuk menang pemilu, tapi sebagai partai yang menjalankan fungsi kaderisasi pendidikan politik, memperjuangkan aspirasi rakyat menjadi kebijakan publik dan disitulah proporsional tertutup kami dorong," imbuhnya.

Selain itu, Hasto menilai sistem proporsional tertutup tepat dengan kondisi perekonomian saat ini.

Dia mengungkapkan kalkulasi yang dilakukan PDIP dengan kondisi ekonomi saat ini, diperkirakan butuh puluhan triliun untuk menyelenggarakan pemilu.

"Kalau dengan inflasi 10 persen saja ditambah dengan adanya Bawaslu dan sebagainya itu perkiraan 31 triliun, tapi nanti KPU yang lebih punya kewenangan untuk menghitung bersama pemerintah biaya pemilu," ucap Hasto.

"Jadi ada penghematan sistem menjadi lebih sederhana dan kemudian kemungkinan terjadinya manipulasi menjadi kurang," imbuhnya.

Hasto menambahkan, dengan sistem proporsional partainya bisa mendorong tokoh-tokoh yang memiliki kapasitas untuk didorong menjadi caleg.

Baca juga: Pakar Sebut Sistem Proporsional Terbuka di Pemilu Biayanya Mahal dan Menimbulkan Keresahan Sosial

"Karena base-nya adalah kompetensi. Jadi proporsional tertutup itu base-nya adalah pemahaman terhadap fungsi-fungsi dewan, sementara kalo terbuka adalah popularitas," tandasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas