Ganjar Tak Jadi Sorotan Harlah PDIP, Pengamat: Mega Pikirkan Trah Soekarno sebagai Capres-Cawapres
Pengamat sampaikan kenapa Ganjar Pranowo yang selalu masuk tiga besar di berbagai lembaga survei tidak disebut dalam pidato Megawati ketika HUT PDIP.
Penulis: Mario Christian Sumampow
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menilik perayaan hari lahir (harlah) PDIP ke-50 beberapa waktu lalu, nama Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo redup selama acara.
Hal ini disampaikan oleh pengamat politik Arifki Chaniago.
Tidak tanpa alasan, kata Arifki, kenapa nama Ganjar Pranowo yang selalu masuk tiga besar di berbagai lembaga survei ini tidak disebut dalam pidato Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Pria yang juga merupakan Direktur Eksekutif Aljabar Strategic ini menyebutkan alasan penting di balik redupnya Gubernur Jateng dua periode ini dalam harlah emas PDIP.
Ganja Pranowo, katanya berkemungkinan tidak masuk dalam skema capres yang dipersiapkan oleh Megawati Soekarnoputri di tahun 2024.
Sebab dalam pidato, Arifki melihat Megawati Soekarnoputri menyebut trah Soekarno, Puan Maharani dan juga memperkenalkan anak-anak Puan ke peserta harlah PDIP.
Hal ini dilihat oleh Arifki bagaimana Megawati Soekarnoputri tampak serius untuk memikirkan trah Soekarno sebagai capres dan cawapres di 2024 dan mempersiapkan regenerasi kepemimpinan di internal PDI-P.
"Dengan membuka jalan untuk trah Soekarno, sinyal kepemimpinan PDIP selanjutnya bakal berlanjut ke anak-anaknya," kata Arifki, dalam keterangannya, Senin (16/1/2023).
Alasan yang tidak kalah penting, lanjut Arifki, keluarnya nama Ganjar Pranowo di kelompok-kelompok relawan politik dan beberapa partai politik menjadi masalah dalam skema organisasi PDIP.
Hal ini berarti secara organisasi Ganjar Pranowo dinilai mendesak PDIP dengan menggunakan relawan dan tangan partai lain agar mendeklarasikan dirinya sebagai capres.
“Pendekatan relawan yang mendesak PDIP agar mendeklarasikan Jokowi di tahun 2014 mungkin saja efektif karena posisinya saat itu sebagai oposisi. Namun, saat ini posisi PDIP adalah partai penguasa," jelas Arifki.
"Seharusnya siapa calon yang bakal diusung oleh PDIP tentu tidak terlalu masalah, karena PDIP punya infrastruktur politiknya. Sayangnya munculnya Ganjar di PDIPP tidak menjadi kejutan seperti yang terjadi di Jokowi, sehingga banyak menilai Ganjar meniru pola yang dilakukan oleh Jokowi”, tambahnya menegaskan.